Kaget Lihat Para Siswa Pakai Baju dari Kulit Kayu
Namun Indri bersyukur karena banyak dibantu warga setempat. “Mereka selalu membawakan kami kayu bakar untuk memasak,” kata Indri.
Pertama kali menginjakkan kaki di desa terpencil ini, ia kaget. Bukan karena tidak ada air, listrik dan memasak menggunakan kayu bakar.
Ia kaget karena anak-anak sekolah tidak menggunakan baju layaknya di Kupang atau daerah lain. Mayoritas anak-anak mengenakan pakaian dari kulit kayu.
“Pertama kali saya merasa heran dan kaget. Tapi apa yang bisa saya lakukan, saya hanya membawa beberapa pakaian, tidak mungkin saya bagikan kepada seluruh warga desa,” kata Indri.
Selama mengabdi sebagai tenaga pengajar Bahasa Inggris SMP Satu Atap YPPK Edagotadi di Desa Edagotadi.
Ia tinggal di sebuah mes yang telah disiapkan. Ia tinggal bersama temannya yang sama-sama berasal dari Kupang.
Ia mengaku desa yang ditinggalinya itu punya banyak cerita. Masyarakatnya masih jauh dari kehidupan modern. Jauh pula dari sumber listrik.
“Mau cas HP atau laptop saja terpaksa cas pake genset,” kata Indri. Tak heran, kata Indri, peralatan elektronik mereka menjadi rusak.
Indri Inggriaty Marliansari Bengu, S.Pd punya pengalaman menarik mengabdi di pedalaman Papua. Dia merupakan guru Bahasa Inggris, lulusan FKIP UKAW
- 5 Berita Terpopuler: Hari Guru Nasional, Mendikdasmen Beri 3 Kado, soal Tunjangan ASN dan Honorer Terungkap
- Sri Mulyani: Setiap Guru adalah Pahlawan yang Berkontribusi Besar bagi Kemajuan Indonesia
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Ungkap 295 Ribu Guru Belum Sarjana, Solusinya Sudah Disiapkan
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Jangan Ada Lagi Guru yang Dipidana
- Tahun Depan, Sebegini Jumlah Guru ASN & Honorer yang Dapat Tunjangan, Lainnya Sabar
- Ibas: Di Tangan Gurulah Masa Depan Bangsa Akan Dibentuk