Kajian InterCAFE: Rakyat Makin Terpuruk
Jumat, 20 Februari 2009 – 20:32 WIB
Dengan gamblang, Nunung menegaskan bahwa angka tersebut menunjukkan posisi rakyat terus terpojok, sementara pemerintahnya tidak jujur. Di antara buktinya, negara surplus beras. Faktanya, harga beras di pasar justru mahal. “Begitu juga dengan minyak goreng yang diiklankan sudah turun, tapi tetap tinggi harganya. Ini sudah tidak masuk logika,” tandasnya.
Lebih jauh, Direktur Megawati Institut, Arif Budimantan menilai, krisis yang terjadi sekarang lantaran Indonesia berkiblat pada ekonomi neoliberalisme, yang mengacu pada Amerika Serikat. Bahkan ketergantungan. Sehingga, ketika negara tersebut mengalami krisis, Indonesia langsung terkena dampaknya.
Arif juga memiliki penilaian sama, bahwa pilihan yang akan diambil pengusaha adalah perampingan, dengan mengurangi ongkos produksi. Karyawan akan menjadi objek pertama, yaitu terkena PHK. “Ini semua akan memberikan kontribusi kepada angka kemiskinan. Jika dikatakan menurun sangat ironi, mengingat faktanya justru sedang sulit,” paparnya.
Beban rakyat juga semakin dalam, lanjut Arif, karena harga kebutuhan pokok terus naik. Dalam catatannya, harga beras pada dari tahun 2004 hingga 2008, justru mengalami kenaikan dua kali lipat. “Kalau pemerintah bilang ada surplus, omong kosong!”
JAKARTA - Hasil kajian lembaga penelitian International Center for Applied Finance and Economics (InterCAFE) menemukan sejak empat tahun terakhir,
BERITA TERKAIT
- Council of Gen Z jadi Ruang Bersuara Krisis Iklim ke Prabowo-Gibran
- KPK Imbau David Glen Oei Penuhi Panggilan Pemeriksaan Kasus AGK
- Kemendikbudristek Bawa 72 Looks Busana pada JMFW 2025
- Respons Anggota DPD Ning Lia Setelah Mendapat Kiriman Karangan Bunga Ucapan Selamat dari Prabowo
- Diduga Setor Duit kepada Eks Gubernur Maluku Utara, Haji Robert Masuk Radar KPK
- Begini Respons Dompet Dhuafa soal Demo GMPI dan Tudingan Penyelewengan Dana ACT