Kakek-Nenek Belajar Membaca, Malu sama Cucu, Tak Mau Ditipu

Kakek-Nenek Belajar Membaca, Malu sama Cucu, Tak Mau Ditipu
Sutami, seorang nenek, tengah serius belajar membaca dan menulis di PKBM Tunas Bangsa, Desa Tukul, Probolinggo, Jawa Timur. Foto : Nicha/JPNN
Begitu juga Nariti, wanita berusia 41 tahun. Ia mengaku pernah bersekolah hingga kelas 3 SD. Akan tetapi, dengan keterbatasan ekonomi dan juga jarak antara ke sekolah dengan rumahnya yang terlampau jauh, akhirnya ia putus sekolah. Akibatnya, Nariti lupa bagaimana cara membaca, menulis dan berhitung karena lama tidak bersekolah. “Saya dulu pernah sekolah sampai kelas 3 SD. Tapi saya lupa lagi, tidak bisa baca,” tukasnya.

Kisah serupa juga dialami oleh I Ketut Pekak. Lelaki berusia 40 tahun ini juga berkeinginan keras untuk belajar memebaca, menulis dan berhitung. Ia rela berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari kediamannya untuk menuju PKBM Yayasan Widia Santi Mandiri di Desa Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.

Menurut I Wayan Widiana, selaku pemilik dan pengelola Yayasan Widia Santi Mandiri tersebut, keinginan Ketut untuk belajar membaca, menulis dan berhitung agar tidak ditipu oleh pedagang lainnya. Ketut–sapaan akrab I Ketut Pekak- merupakan seorang petani. Sebagian besar warga desa Kubu tersebut adalah petani kacang mede dan lontar.

“Pak Ketut itu dia semangat sekali belajar. Karena dia tidak mau dibohongi. Selama ini, warga di desa ini hanya mengenal uang dengan warna saja, tidak dengan nilai mata uang yang tertera di setiap lembar uang,” ujar Wayan—sapaan akrab I Wayan Widiana- kepada JPNN ketika berkunjung ke desa Kubu, Karangasem, Bali beberapa waktu lalu.

Belajar membaca, menulis dan berhitung (calistung) bukanlah suatu kesulitan yang hanya dialami oleh ana-anak usia wajib belajar.Proses pembelajaran

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News