Kakek-Nenek Belajar Membaca, Malu sama Cucu, Tak Mau Ditipu
Minggu, 16 Oktober 2011 – 19:52 WIB
Wayan juga bercerita bagaimana sulitnya mengaja para warga yang menderita buta aksara untuk belajar. Akhirnya, Wayan bersama-sama dengan para pengelola yayasan harus membayar setiap peserta pendidikan aksara tersebut sebesar Rp 10 ribu – 20 ribu per orang. “Itu cara kami agar mereka mau belajar. Uang itu sebagai pengganti penghasilan mereka karena mereka terpaksa tidak bisa bekerja karena belajar membaca di tempat ini,” jelasnya.
Menurutnya, hal inilah yang menjadi salah satu kendala bagi yayasan untuk menarik para warga desa Kubu untuk mau belajar. Mengenai dana, Wayan mengaku mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang sebesar Rp 360 ribu – Rp 380 ribu untuk setiap pelaksanaan pembelajaraan.
“Kasihan mereka, yang sering dibohongi oleh pedagang lain yang lebih cerdas dari mereka. Warga di sini kerap kali tidak diberi tahu jika harga Mede ataupun lontar sudah naik di pasaran. Padahal, harga di pasaran sudah melonjak jau. Inilah yang menjadi semangat kami untuk membantu mereka, karena ini secara tidak langsung juga akan mengentaskan mereka dari kemiskinan,” keluhnya.
Diketahui, perjalanan menuju Desa Kubu yang terletak di Kabupaten Karangasem ini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dari kota Denpasar, Bali. Meskipun desa ini terletak di lereng gunung Agung, kondisinya ternyata sangat tandus dan kering kerontang. Untuk air minum saja, para warga di desa Kubu ini harus membeli karena memang sulit untuk mendapatkan air bersih di sana.
Belajar membaca, menulis dan berhitung (calistung) bukanlah suatu kesulitan yang hanya dialami oleh ana-anak usia wajib belajar.Proses pembelajaran
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408