Kal Muller, Pria Hungaria yang 17 Tahun Hidup Bersama Suku Kamoro di Papua

Puluhan Kali Terjangkit Malaria, Kini Jadi Kebal

Kal Muller, Pria Hungaria yang 17 Tahun Hidup Bersama Suku Kamoro di Papua
Kal Muller bersama dua penari dari suku Komoro, Papua, di galeri seni di kawasan Palmerah, Jakarta, Sabtu (4/8). Foto : Hilmi Setiawan/Jawa Pos
 

Setelah kesibukannya mereda, dengan ramah, Kal mulai bertutur tentang kisah hidupnya hingga sampai di bumi Papua. Perjalanannya sebagai pemerhati budaya dan seni dimulai ketika dia lulus dari Universitas Arizona, AS, pada 1973. setelah menyandang gelar doktor sastra Prancis, dia menjelajah Indonesia untuk mengamalkan ilmunya pada 1976. Dia pernah mengajar sebagai dosen sastra Prancis di sejumlah kampus di Indonesia.

 

"Saya juga berkeliling ke pulau-pulau di Indonesia untuk menelusuri kebudayaan suku-suku setempat," ujar pria yang juga hobi memotret dan menulis artikel di koran tersebut. Petualangannya menyusuri pulau-pulau di Indonesia terhenti di daratan Papua. Tepatnya di tempat tinggal suku Kamoro di pedalaman Timika. Dia masih ingat betul saat kali pertama menginjakkan kaki di Timika pada 1985.

 

Kal menuturkan, dirinya tidak mengalami pertentangan pada awal masuk komunitas suku Kamoro. "Urusan ketemu bule, mereka sudah tidak asing. Sebab, sejak zaman penjajahan Belanda, ada misionaris dari Belanda yang datang ke sana," katanya.

 

Awalnya, Kal belum terlalu intensif bercengkerama dengan penduduk suku Kamoro. Setelah direkrut menjadi konsultan PT Freeport Indonesia pada pertengahan 1994, hubungannya dengan suku Kamoro mulai erat.

Keindahan budaya suku Kamoro di pedalaman Timika, Papua, membuat Kal Muller jatuh hati. Saking cintanya pada Kamoro, pria kelahiran Hungaria itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News