Kal Muller, Pria Hungaria yang 17 Tahun Hidup Bersama Suku Kamoro di Papua

Puluhan Kali Terjangkit Malaria, Kini Jadi Kebal

Kal Muller, Pria Hungaria yang 17 Tahun Hidup Bersama Suku Kamoro di Papua
Kal Muller bersama dua penari dari suku Komoro, Papua, di galeri seni di kawasan Palmerah, Jakarta, Sabtu (4/8). Foto : Hilmi Setiawan/Jawa Pos
 

Menurut Kal, sebenarnya, suku Kamoro memiliki potensi yang luar biasa di bidang kerajinan ukiran. Ukiran orang Kamoro punya ciri khas dan berkualitas. Kini dia berhasil menggandeng 200 orang Kamoro yang ahli mengukir. Sistem pemberdayaan ekonomi yang dijalankan Kal adalah membeli karya-karya hasil ukiran dari 200 orang tadi. "Awalnya, saya diprotes. Ada yang bilang, mengapa miliknya tidak dibeli," paparnya.

 

Dengan sabar, Kal menerangkan jika dirinya tidak pilih kasih dalam membeli karya atau kerajinan ukir mereka. Tetapi, dia hanya membeli yang benar-benar berkualitas. Akhirnya, para pengukir itu mulai paham. Mereka lantas berlomba untuk meningkatkan kualitas.

"Sekarang lihat saja kualitas ukiran mereka. Bagus-bagus, kan?" tuturnya sambil menunjukkan karya ukiran yang menggambarkan orang berkepala burung.

 

Berapa Kal menghargai karya ukiran mereka? Dia menyebut rata-rata Rp 100 ribu. Setelah itu, barang yang sudah dibeli tersebut dipajang atau dipamerkan di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Bali.

Keindahan budaya suku Kamoro di pedalaman Timika, Papua, membuat Kal Muller jatuh hati. Saking cintanya pada Kamoro, pria kelahiran Hungaria itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News