Kalah Bikin Penasaran, Menang Tetap Merasa Kurang

Kalah Bikin Penasaran, Menang Tetap Merasa Kurang
Ilustrasi. Judi online. Foto dok. Kominfo

Saat Erlangga menang Rp300 juta, misalnya, ia tahu kalau sebenarnya bisa digunakan untuk membayar sewa rumah selama dua sampai tiga tahun dan hidup tenang.

"Yang terjadi, saya pakai untuk beli gadget, sisanya saya deposit untuk main lagi."

"Jadi kalau kalah, dia [si penjudi] akan berusaha membalas kekalahan dan kalau menang, dia akan merasa kurang."

"Menurut saya, [teori] untuk berhenti kalau sudah menang itu omong kosonglah, enggak ada itu."  

Korban atau pelaku?

Pertengahan Juni lalu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengatakan pihaknya sudah mendaftarkan nama-nama korban judi online yang hidup miskin ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial sebagai penerima bantuan sosial dari negara.

Muhadjir juga mengakui ada dampak ekstrem lain dari judi online, yakni gangguan kejiwaan. 

Pernyataan Muhadjir menuai pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat. 

"Kami tolak inisiasi dari Pak Muhadjir Effendy untuk memberikan bansos kepada para pelaku judi online ini. Mereka bukan korban, mereka adalah pelaku dan ini adalah tindakan pidana," tutur Anggota Komisi VIII DPR Wisnu Wijaya Adiputra. 

Kami berbicara dengan mantan pemain judi online untuk menyelami seluk-beluk judi online, termasuk apa yang membuat ingin bisa berhenti

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News