Kalangan Pendidikan di Australia Khawatir Dengan Kerusuhan Pemilu Indonesia

Taufiq Tanasaldy, pengajar senior Studi Asia dan Studi Indonesia yang mengorganisir program tersebut gelisah karena program dua minggu tersebut terancam batal.
"Sudah pasti ada kekhawatiran. Karena dulu pada saat ada bencana alam saja program ini harus dipindahkan dan bahkan sempat dibatalkan. Apalagi kalau sudah masalah keamanan di jalan." katanya kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

Dosen asal Indonesia yang sudah mengajar 10 tahun tersebut berharap agar pemerintah Indonesia dapat menjaga citra negara yang positif agar minat mahasiswa Australia terhadap Indonesia meningkat.
"Pemerintah Indonesia harus benar-benar menjaga kondisi dalam negeri, jangan sampai membuat potensi kunjungan mahasiswa malah dibatalkan," ungkapnya.
"Ini pasti akan berdampak karena mereka tidak akan mengirim atau merilis mahasiswa kalau daerahnya tidak aman."
Peringatan perjalanan masih berlaku
Sementara itu, Monash University di Melbourne terus memantau perkembangan di Indonesia dengan seksama.
Ini disebabkan karena Monash sekarang memiliki program bernama Global Immersion Guarantee (GIG) dimana para mahasiswa tahun pertama di universitas tersebut dari Jurusan Seni dan Studi Global dikirim ke Indonesia untuk belajar lebih jauh mengenai bahasa dan kehidupan di sana.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia