Kalau Bisa Jangan Menunda, Pemerintah Harus Menghapus Wacana Pembatasan BBM Subsidi

Kalau Bisa Jangan Menunda, Pemerintah Harus Menghapus Wacana Pembatasan BBM Subsidi
Langkah pemerintah yang memutuskan untuk menunda pembatasan BBM subsidi mendapatkan apresiasi. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Langkah pemerintah yang memutuskan untuk menunda pembatasan BBM subsidi mendapatkan apresiasi.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto bahkan meminta wacana kebijakan pembatasan BBM bersubsidi itu dibatalkan. Apalagi sebelumnya Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebut kebijakan tersebut lebih tepat dilaksanakan awal 2025.

Mulyanto khawatir penerapan kebijakan ini akan memperparah kondisi ekonomi nasional yang sedang tertekan.

"Menurut saya memang sebaiknya pemerintah membatalkan rencana pembatasan BBM bersubsidi. Karena kalau ini dilakukan akan semakin memukul kelas menengah. Dan kalau masyarakat kelas menengah bermasalah akan berdampak pada aktivitas ekonomi secara luas," kata Mulyanto, Kamis (3/10).

Mulyanto menyebutkan data mutakhir yang menunjukan terjadi penurunan jumlah kelas menengah yang ditandai dengan anjloknya jumlah pekerja formal dan meningkatnya jumlah pekerja informal.

Perbandingan data 2014-2019 dengan 2019-2024 menunjukan grafik terbalik. Periode 2014-2019 angkatan kerja Indonesia lebih banyak diserap sektor formal.

Sementara di periode 2019-2024 jumlahnya berbalik, angkatan kerja lebih banyak diserap sektor informal daripada formal. Hal ini diperparah dengan banyaknya PHK terhadap buruh industri tekstil dan turunannya.

“Kondisi yang memprihatinkan ini jangan diperburuk dengan pembatasan BBM bersubsidi karena secara langsung akan memperlemah daya beli mereka yang sudah lemah," tegasnya.

Mulyanto khawatir penerapan kebijakan ini akan memperparah kondisi ekonomi nasional yang sedang tertekan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News