Kalau Korban Pelecehan?

Siswa Tak Setuju

Kalau Korban Pelecehan?
Kalau Korban Pelecehan?

Senada dengan Icha, Sukri (13) menyatakan, jika wacana itu diterapkan, maka akan banyak remaja putri yang tidak bisa menikmati pendidikan. “Sudah bukan rahasia lagi, Mbak, zaman sekarang anak-anak remaja putri banyak yang kebablasan bergaul. Jangankan yang SMA, anak SMP saja sekarang sudah banyak yang “jebol”, saya tidak mengatakan di Jambi, tetapi baca di surat kabar juga,” kata siswa kelas IX itu, blak-blakan.

Terpisah, Bambang Bayu Suseno, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi yang pertama kali mengeluarkan wacana tes keperawanan pada PSB itu menjelaskan, pada prinsipnya, tes keperawanan bukan untuk menghambat siswa untuk bersekolah.

Bagi siswa-siswa yang sudah “terlanjur” atau tidak perawan lagi gara-gara situasi tertentu, tetap bisa bersekolah. Caranya, dengan menerapkan sistem konseling pada saat tes PSB.  “Kan banyak yang takut ngomong ke orang tuanya. Jadi, diadakan lah konseling, siswa bersangkutan bisa bicara ke konseling untuk mendapat pembinaan dan bantuan,” bebernya.

Tim konseling, katanya, nanti bakal melibatkan psikolog. Psikolog ini lah yang berperan penting untuk membina siswi-siswi yang terlanjur tidak perawan lagi semasa sekolah. “Ini baru wacana, masih dibahas lagi. Kita siap diskusikan masalah ini,” tandasnya.(tya/nas)

JAMBI -- Wacana penerapan tes keperawanan pada penerimaan siswa baru (PSB), mulai jenjang SD hingga SMA, ditentang beberapa siswa sekolah. Ini terungkap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News