Kalau Rapat, Tidak Perlu Lagi Makanan Kecil
Senin, 20 Februari 2012 – 08:18 WIB
Arifin Tasrif, Dirut Pusri Holding yang tergabung dalam grup BBM pangan, termasuk yang suka kirim humor. Hanya kadang saya sulit mengenali nama asli mereka karena banyak yang pakai nama maya. Arifin Tasrif, misalnya, di BBM menggunakan nama Kapal Selam. Rupanya dia sekalian jualan pempek Palembang.
Tentu saya sangat menganjurkan agar semua BUMN membentuk grup-grup BBM seperti itu. Intensifnya luar biasa. Ini saya rasakan sewaktu masih di PLN. Waktu itu saya memiliki tujuh grup: grup khusus yang anggotanya semua direksi plus sekretaris perusahaan, grup saya dengan para general manager se-Jawa-Bali, grup saya dengan para general manager se-Indonesia Barat, grup saya dengan semua general manager se-Indonesia Timur, grup saya dengan para manajer perencanaan, grup saya dengan para manajer keuangan, grup saya dengan para manajer SDM, dan seterusnya. Keluhan masyarakat, info soal korupsi, pengaduan tender yang main-main, dan segala persoalan yang berkembang bisa langsung dikomunikasikan melalui grup BBM.
Model komunikasi manajemen seperti itu sekaligus bisa menerabas batas-batas hierarki dan birokrasi. Juga bisa lebih terbuka. Kekurangan di satu tempat langsung diketahui oleh siapa pun di tempat lain. Kalau tidak terbiasa, memang seperti membuka aib dan kelemahan.
Tapi, itulah cara yang efektif untuk melakukan perbaikan. Kalau niatnya sudah untuk melayani masyarakat, soal kelemahan yang dibuka di depan sesama manajer seperti itu tidak akan terasa sebagai aib lagi. Justru dengan cara itu tanggung jawab bisa muncul. Apalagi, bukan hanya soal kekurangan yang dibeber di grup BBM, tapi juga soal prestasi.
SUDAHKAN terbukti jumlah rapat-rapat di Kementerian BUMN turun 50 persen seperti yang saya inginkan? Angka pastinya masih dikumpulkan. Tapi, berdasar
BERITA TERKAIT