Kalbe Produksi Dialyzer Lokal Pertama, Tekan Ketergantungan Impor Alat Kesehatan
Menurut data BPJS Kesehatan, cuci darah merupakan tindakan dengan biaya terbesar keempat pada pengeluaran BPJS, dengan total pengeluaran mencapai Rp 2,9 triliun pada 2023.
Sebanyak 85 persen pasien cuci darah berada pada usia produktif, sehingga masalah ini berpotensi menyebabkan dampak sosial ekonomi yang signifikan.
Pentingnya penyediaan alat kesehatan dialyzer berkualitas diklaim menjadi makin jelas.
Dengan adanya produk lokal, pemanfaatan dana BPJS dapat lebih efektif, tidak hanya untuk akses kesehatan pasien gagal ginjal, tetapi juga mendukung industri alat kesehatan lokal.
Direktur PT. Forsta Kalmedic Global, Yvone Astri Della Sijabat menuturkan Dialyzer RenaCare yang diproduksi lokal telah memenuhi lebih dari 40 persen komponen lokal (standar TKDN).
Keberadaan industri hemodialisis mandiri dinilai dapat mengurangi impor, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan ketersediaan alat kesehatan lebih terjangkau.
Forsta menjadi perusahaan pertama di Indonesia dan kedua di ASEAN yang memiliki fasilitas produksi dialyzer.
“Produksi lokal dialyzer menghilangkan bea impor dan biaya pengiriman internasional, sehingga membuat biaya perawatan hemodialisis lebih aksesibel bagi pasien,” kata Yvone.
Kalbe memproduksi dialyzer lokal pertama di Indonesia, berkomitmen mengatasi kebutuhan pasien ginjal dan menekan ketergantungan impor.
- Dukung Program Makanan Bergizi Gratis, Kalbe Luncurkan Milk Pro
- ASDP Hadirkan Kebahagiaan Bagi Pasien Anak Hemodialisa Melalui Inspiration Day
- Kalbe Dukung Pemerintah Kembangkan Inovasi Fasilitas Stem Cell dan Bioteknologi
- Kasus Gagal Ginjal Pada Anak Meningkat, Kenali Pemicunya
- Pentingnya Vaksin Sebelum Umrah, Jaga Diri dari Penyakit Menular
- Ciptakan Kehidupan yang Lebih Baik, Kalbe Luncurkan Laman Resmi Profil Keberlanjutan