Kalijodo: Antara Krishna Murti, Daeng Aziz dan Fortuner

Kalijodo: Antara Krishna Murti, Daeng Aziz dan Fortuner
ILUSTRASI. FOTO: JPG

jpnn.com - JAKARTA – Nasib kawasan hiburan malam di Kalijodo, di Jalan Kepanduan, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, tinggal menghitung hari. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bertekad meratakan bangunan di jalur hijau itu dengan tanah. Tak akan ada lagi praktek hiburan malam yang bahkan disebut sebagai sarang pelacuran kelas bawah di Kalijodo nantinya.

Kalijodo akan dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai ruang terbuka hijau. “Bulan ini harus diberesin,” tegas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Balai Kota, Senin (15/2).  

Nama Kalijodo sudah melegenda. Jika saja tak ada peristiwa kecelakaan pengemudi Fortuner yang menyebabkan empat orang tewas setelah pulang nongkrong di Kalijodo, nama kawasan  ini mungkin tidak menjadi perbincangan hangat. Hingga akhirnya disuarakan untuk ditutup.

Namun, upaya penutupan ini tak berjalan mulus. Segelintir warga melawan. Salah satunya yang disebut sebagai tokoh Kalijodo, Daeng Aziz. Dengan berbagai cara hingga mendatangi Komnas HAM, Daeng Aziz terus berupaya agar kawasan Kalijodo tak diratakan dengan tanah.

Mantan Kapolsek Penjaringan yang kini menjabat Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti, pernah secara khusus mengangkat persoalan Kalijodo dalam bukunya berjudul Geger Kalijodo.

“Kemasyuran Kalijodo sebagai tempat mencari cinta sesaat, tak lekang oleh waktu. Di era setelah kemerdekaan, di tahun 1950-an, tempat ini masih dikenal sebagai kawasan pinggir kali, tempat orang mencari pasangan. Bahkan sampai abad ke-21, Kalijodo selain menjadi tempat perjudian ilegal, juga berkembang sebagai tempat prostitusi liar,” tulis Krishna dalam bukunya.

Krishna dan Daeng Aziz sebetulnya “sudah kenal lama”. Pada September 2001, Daeng Aziz pernah menodongkan pistol di kepala Krishna. Jika Daeng Aziz menarik pelatuk, tamat sudah riwayat Krishna. Kisah ini ditulis Krishna dalam bukunya tersebut.

Pada  2001, Krishna berupaya meredam pertikaian dua kelompok penguasa Kalijodo. Salah satunya pimpinan Daeng Aziz. Kala itu, Aziz  mendapat informasi bahwa adiknya dibunuh. Daeng yang ditulis Krishna dengan nama Bedul dalam bukunya itu, langsung menuju tempat kejadian. Saat itu di lokasi sudah hadir beberapa anggota Polsek Penjaringan.

JAKARTA – Nasib kawasan hiburan malam di Kalijodo, di Jalan Kepanduan, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, tinggal menghitung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News