Kalla: Penyatuan Zona Waktu Ngawur
Senin, 04 Juni 2012 – 06:17 WIB
"Kalau sebelumnya mereka berangkat pukul 05.30, ke depan harus berangkat kerja pukul 04.30. Terus salat subuhnya bagaimana," tutur Kalla.
Namun, yang paling menderita adalah anak-anak sekolah di Aceh. Di daerah Aceh, saat ini matahari baru terbit pukul 06.00 WIB. Bila mereka harus masuk sekolah pukul 07.00 WITA, artinya mereka harus berangkat ketika hari masih sangat gelap. "Kalau tinggalnya di gunung, masak mau sekolah saja harus pakai obor. Kalau semua sarapan jam 04.00 pagi, berapa listrik yang dipakai?" katanya.
Kalla mengingatkan, rentang panjang wilayah Indonesia yang mencapai 5 ribu kilometer tidak logis bila dipaksakan menggunakan satu zona waktu. "Dulu waktu jaman Jepang, zona waktu memang disatukan karena Jepang ingin pada pukul 12.00 siang, seluruh rakyat membungkuk ke arah timur menghormati kaisar. Masak kita mau kembali ke jaman Jepang?," terangnya.
Kecuali Tiongkok, kata Kalla, tidak ada negara seluas Indonesia yang menerapkan satu zona waktu. Amerika Serikat menerapkan sembilan zona waktu, enam di antaranya berada di wilayah daratan, termasuk Alaska. Begitu pula Australia yang memiliki tiga zona waktu.
JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai rencana pemerintah menyatukan zona waktu sebagai langkah keliru. Ketua Umum Palang Merah Indonesia
BERITA TERKAIT
- Kasus Polisi Tembak Polisi, Ini Permintaan Walhi kepada Kapolri
- Prabowo Dinilai Berhasil Membawa Investasi Jumbo dan Gibran Sukses Jaga Stabilitas Politik di Tanah Air
- KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Tersangka, Ada Uang Rp15 M, Peras untuk Pilkada
- Mensos Gus Ipul Beri Bantuan Biaya Perbaikan Rumah Kepada Korban Longsor di Padang Lawas
- ASR Komitmen Bangun Penegakan Hukum Transparan & Adil di Sultra
- Hendri Satrio jadi Ketua IKA FIKOM Unpad