Kampanye Makanan Lokal, Ayam pun Harus Bahagia
Rabu, 07 November 2012 – 08:10 WIB
MAKANAN SEHAT: Helianti Hilman di depan gerai tanaman organiknya di Kemang, Jakarta. Foto: Ahmad Baidhowi/JAWA POS
"Kalau ayam kampung kan hidupnya bebas, bisa kelayapan ke mana-mana, makanannya juga alami. Paling tidak, hidup mereka lebih bahagia daripada ayam broiler. Karena itu, dalam Slow Food ada istilah happy animal, kami hanya memakan binatang yang hidupnya bahagia," ujarnya lantas tersenyum lebar.
Helianti mengakui, aturan-aturan dalam komunitas Slow Food cukup ketat. Karena itu, meski tidak ada sanksi tertulis, setiap anggota dituntut berkomitmen penuh dan semaksimal mungkin menjalankan konsep yang sudah disepakati.
"Yang saya tahu, anggota komunitas adalah orang-orang yang punya pandangan atau ide yang sejalan dengan nilai-nilai Slow Food. Jadi, kami tidak merasa berat menjalankannya," tegasnya.
Selain itu, anggota Slow Food di negara berkembang wajib membayar iuran EUR 5 atau sekitar Rp 70 ribu per tahun. Di negara maju, iurannya bisa sampai EUR 70 per tahun.
UPAYA melawan efek buruk makanan cepat saji atau fast food terus menguat. Namanya gerakan Slow Food. Berawal dari Italia, gerakan itu kini sudah
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu