Kampanye Makanan Lokal, Ayam pun Harus Bahagia
Rabu, 07 November 2012 – 08:10 WIB
Helianti menambahkan, Slow Food mewajibkan anggotanya di seluruh dunia untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok, minimal tiga kali dalam setahun. Misalnya, food and taste education melalui pengenalan rasa bahan pangan lokal kepada anak usia TK atau SD. Melalui kegiatan tersebut, anak-anak diajari untuk membedakan wujud dan rasa makanan alami maupun yang mengandung zat kimia serta bahayanya.
Kegiatan lain yang dilakukan Helianti adalah kampanye One Thousand Food Gardens. Caranya, mendorong dan mengajari ibu-ibu rumah tangga untuk menanam sendiri tanaman bahan pangan di rumahnya. Konsep itu diadaptasi dari gerakan yang sukses besar di Afrika.
Program lain yang dijalankan Slow Food adalah protecting food biodiversity atau melindungi keanekaragaman hayati bahan pangan. Di Indonesia, kata Helianti, hal itu merupakan tantangan berat karena makin sedikit orang Indonesia yang peduli terhadap keanekaragaman sumber makanan.
Misalnya, sangat banyak tanaman berkhasiat tinggi yang sudah jarang dikenal orang. Misalnya, kelor. Padahal, lanjut dia, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kandungan protein kelor lebih tinggi dari daging, kalsiumnya lebih tinggi dari susu, vitamin A-nya lebih tinggi dari wortel, vitamin C-nya lebih tinggi dari jeruk, potasiumnya lebih tinggi dari pisang, dan zat besinya lebih tinggi dari bayam.
UPAYA melawan efek buruk makanan cepat saji atau fast food terus menguat. Namanya gerakan Slow Food. Berawal dari Italia, gerakan itu kini sudah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408