Kampanye Makanan Lokal, Ayam pun Harus Bahagia
Rabu, 07 November 2012 – 08:10 WIB
"Orang-orang tua zaman dulu juga mengakui kehebatan kelor, makanya dipakai untuk memandikan jenazah, digunakan untuk menangkal santet, melepas susuk, dan lain-lain," ungkapnya.
Helianti mengakui, saat ini justru orang-orang asing yang memiliki minat tinggi terhadap produk-produk lokal Indonesia. "Mereka banyak menghargai keanekaragaman pangan Indonesia. Kita yang orang Indonesia malah kurang," ujarnya.
Di Javara, perusahaan yang didirikan Helianti, konsumen terbesarnya justru orang-orang asing. Ketika Jawa Pos berkunjung ke kantor Javara di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, ada beberapa ekspatriat asal Italia yang tengah memborong produk-produk Javara.
Javara adalah perusahaan yang bergerak di bidang pangan lokal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai Jawa, Sumatera, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur. Ada beras, tepung dari sukun, ubi ungu, singkong, ganyong, garut, gula nila kelapa, madu, garam, rempah-rempah, hingga kacang mede (cashew nut).
UPAYA melawan efek buruk makanan cepat saji atau fast food terus menguat. Namanya gerakan Slow Food. Berawal dari Italia, gerakan itu kini sudah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408