Kampoeng Ramadan Jogokariyan, Ikon Jogjakarta di Bulan Suci

Datangkan Imam dari Palestina, Satu Rakaat Baca Satu Juz

Kampoeng Ramadan Jogokariyan, Ikon Jogjakarta di Bulan Suci
Kampoeng Ramadan Jogokariyan, Ikon Jogjakarta di Bulan Suci

Seiring waktu, konsep Kampoeng Ramadan mengalami perubahan. Pertimbangannya, jika hanya diisi dengan penjaja makanan, KRJ mungkin tidak akan jauh berbeda dengan pasar sore di tempat lain. Oleh karena itu, KRJ harus disiasati dengan menyelenggarakan berbagai even menjelang dan sesudah berbuka yang berpusat di Masjid Jogokariyan.

Misalnya, untuk KRJ tahun ini dihelat taushiyah humor (1/8), dongeng anak (9/8), dan angkringan Ramadan bersama wali kota (10/8). Karena Agustus merupakan bulan peringatan kemerdekaan Indonesia, beberapa kegiatan bernuansa 17-an pun dilaksanakan, seperti lomba kor perjuangan dan lomba gapura KRJ.

Untuk menyelenggarakan KRJ selama sebulan penuh, dana yang dikeluarkan cukup fantastis, yakni mencapai Rp 256 juta. Dana sebesar itu, antara lain, untuk acara pembukaan yang diisi parade beduk (Rp 23 juta), penyelenggaraan even (Rp 21 juta), dan sisanya untuk takjil serta mengadakan berbagai lomba. ”Untuk lomba gapura sendiri, kami menyubsidi tiap gapura Rp 250 ribuan,” tambah alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta itu.

Ternyata, kemeriahan pesta Ramadan sekaligus Agustusan itu tidak hanya diikuti oleh warga yang beragama Islam. Salah satu even, yakni lomba kor lagu perjuangan dan islami, diikuti pula oleh warga nonmuslim. ”Ada ibu-ibu Nasrani jadi dirigen ketika grupnya menyanyikan lagu islami. Dia ikut pakai jilbab,” kata Ismail, lantas tertawa.

Jogjakarta memiliki ikon selama Ramadan. Yakni, Kampoeng Ramadan Jogokariyan (KRJ) yang menjadi pusat kegiatan warga selama bulan suci ini. Untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News