Kampoeng Ramadan Jogokariyan, Ikon Jogjakarta di Bulan Suci
Datangkan Imam dari Palestina, Satu Rakaat Baca Satu Juz
Minggu, 14 Agustus 2011 – 08:08 WIB
”Cara berpikirnya dapat kami terima. Ustad yang berceramah di sini memang kami pilih yang bersih dari berbagai kepentingan,” jelas pria yang sehari-hari bertugas mengurusi administrasi Masjid Jogokariyan itu.
Sayang, imam yang rencananya berada di Indonesia selama sebulan tersebut hanya bisa lima hari berada di Jogja. Yakni, 1–5 Agustus lalu. Ada cerita menarik yang ditinggalkan sang imam. Sehari sebelum kepulangannya, salah seorang warga Jogokariyan meninggal dunia. Dia pun berinisiatif menyalati dan mendoakan jenazah perempuan itu. Di luar perkiraan, Syekh Adnan juga menemui anak almarhumah.
”Dr Adnan menepuk pundak anak itu, lalu bilang, ’Kesedihanmu adalah juga kesedihanku. Kita hanya tinggal sementara di dunia. Semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Jadi, bersabarlah anakku,’.” Kontan, perkataan yang diartikan oleh penerjemah itu membuat para pelayat terharu.
Menurut Ismail, tidak mudah mengelola even sekali setahun itu. Tiga tahun pertama, penyelenggara yang juga pengurus Masjid Jogokariyan kesulitan mencari dana. Tetapi, semua hambatan tersebut bisa dilalui hingga tahun ketujuh ini. Itu bisa terlaksana karena dua pendukung utama, yakni tim kepanitiaan yang solid dan gotong royong masyarakat.
Jogjakarta memiliki ikon selama Ramadan. Yakni, Kampoeng Ramadan Jogokariyan (KRJ) yang menjadi pusat kegiatan warga selama bulan suci ini. Untuk
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408