Kampus Malam
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Teka-teki skenario akhir demo di Hong Kong terjawab. Minggu malam lalu.
Malam itu kelompok radikal kembali ke markas mereka: di The Hong Kong Polytechnic University. Jumlahnya sekitar 1200 orang.
Kampus seluas 7 hektar itu sudah mereka kuasai sejak beberapa hari sebelumnya. Perkuliahan berhenti. Sudah jadi markas besar pedemo.
Pedemo membangun pos penjagaan di pintu masuk. Mereka menggunakan bahan-bahan seadanya: bambu, kayu, dan kardus.
Dua hari kemudian pos itu menjadi lebih baik: terbuat dari tumpukan bata. Semua yang mau masuk kampus diperiksa.
Mereka hanya ingin mencekal polisi masuk kampus. Terutama yang berpakaian preman.
Mereka lantas menamakan kampus Politeknik sebagai 'Shaolin Temple'.
Sejak itu pola demo pun berubah. Mulai menggunakan taktik gerilya. Pusat demo tetap Kowloon --di seberang Pulau Hong Kong. Terutama di Nathan Road.
Setiap kali dibubarkan mereka lari ke jalan-jalan tembus. Setelah polisi berlalu mereka muncul lagi di Nathan Road. Media di Hong Kong menggambarkannya sebagai taktik 'Tom & Jerry'.