Kamrussamad: Waspada Resesi Ekonomi Akibat Virus Corona
“Bisa dibayangkan ini bukan lagi krisis ekonomi, tetapi resesi ekonomi. Bisa resesi berkepanjangan dan tidak ada yang bisa memprediksi sampai kapan terjadi,” kata politikus Partai Gerindra itu.
Terlebih lagi, lanjut dia, bulan depan akan menyambut Ramadan. Sebulan berikutnya Idulfitri. Konsumsi akan meningkat. Setelah itu, tahun ajaran baru dimulai sehingga orang tua butuh biaya untuk menyelesaikan kebutuhan sekolah anak-anaknya.
“Kami harapkan ekonomi sektor riil bisa menggeliat dengan relaksasi kebijakan perbankan,” tegasnya.
Kamrussamad pun menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus ditangani pemerintah dalam waktu bersamaan dalam menghadapi situasi ini.
Pertama, menangani pencegahan penyebaran serta antisipasi terhadap virus corona dengan pendekatan medis dan seluruh perangkatnya. Kedua, menangani dampak dari resesi ekonomi global terhadap kebutuhan masyarakat. Ketiga, kata dia, harus bersikap realistis dengan mempertimbangkan kembali Omnibus Law RUU Cipta Kerja untuk didorong saat ini.
Menurut Kamrussamad, mempertimbangkan kembali mendorong Omnibus Law RUU Cipta Kerja bukanlah sesuatu yang salah.
Dia menegaskan, sikap realistis itu diperlukan supaya tidak menimbulkan gejolak, masalah, dan tekanan baru dari kalangan buruh terhadap pemerintah.
"Hari ini bukan lagi soal regulasi. Berapa lapis karpet merah yang akan diberikan kepada investor dalam kondisi seperti ini, siapa yang bisa menjamin mereka mau datang? Jadi harus realistis,” katanya.
Potensi resesi akibat virus corona bisa dilihat dari sektor riil. Mal, hotel, restoran, hingga warung-warung ikut terdampak.
- Menko Airlangga: Kemungkinan Indonesia Resesi 1,5 Persen
- Presiden Minta Seluruh Menteri Berhati-hati, Ada Apa?
- Catatan Ketua MPR: Mewaspadai Gejala Resesi Ekonomi dengan Bijaksana
- Resesi Jepang dan Inggris Bisa jadi Peluang untuk Indonesia, Begini Analisisnya
- Waspadai Penularan Covid-19 Varian ERIS saat Nataru, Begini Gejalanya
- Dinkes Sumsel Minta 2.000 Vial Vaksin Sinovac ke Kemenkes