Kanker sang Istri Mengantarkan ke Level Terhormat

Kanker sang Istri Mengantarkan ke Level Terhormat
Djoko Agus Purwanto. Foto Miftakhul/Jawa Pos

Tuhan seakan ingin Djoko bisa membuktikan hasil penelitiannya secara konkret. Tidak sekadar berhenti di atas lembar disertasi atau praktik di laboratorium.

Kebetulan, jauh sebelum sang istri divonis menderita kanker, Djoko meneliti teh hijau untuk mencegah dan menyembuhkan kanker.

Penelitian tersebut dilakukannya mulai 1998. Hal itu merupakan bagian dari disertasinya ketika menempuh pendidikan program doktoral ilmu matematika dan ilmu pengetahuan alam di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Dua tahun berselang, berkat penelitian tersebut, Djoko mendapat gelar doktor. Meski telah bergelar doktor, penelitian teh hijau itu tidak berhenti. Bapak tiga anak tersebut terus menyempurnakan hasil penelitiannya.

Djoko pun mengklaim teh hijau hasil penelitiannya bisa digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan kanker. Namun, hasil penelitian itu belum termanfaatkan dan hanya berkutat di laboratorium.

Nah, kanker yang menyerang istrinya seakan ”menampar” Djoko untuk membuktikan hasil penelitiannya. Di situlah ujian sesungguhnya datang. Ujian yang tidak hanya datang dari manusia, yakni para penguji di ruang sidang disertasi, tapi juga dari Sang Pencipta.

Djoko merasakan ”tamparan” tersebut. Karena itu, dia pun menampik tawaran dokter agar istrinya naik meja operasi. Dia memilih melakukan pengobatan secara logis dan ilmiah kepada istrinya. Teh hijau hasil penelitiannya menjadi obat penyembuhannya.

”Saat itu saya tangguhkan operasinya. Saya katakan kepada dokter bahwa saya akan mencoba pengobatan dengan teh hijau,” ceritanya.

KETEKUNAN Djoko Agus Purwanto selama 16 tahun dalam meneliti teh menuai hasil. Teh hijau ternyata bisa dimanfaatkan untuk mencegah dan menyembuhkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News