Kantor Presiden Baru, Sediakan Hotspot Gratis

Kantor Presiden Baru, Sediakan Hotspot Gratis
Kantor Presiden Baru, Sediakan Hotspot Gratis
 

Dia mengakui, pembangunan memang belum menyentuh semua rakyat secara merata. Tapi, pemerintah terus berupaya agar warga negara Timor Leste bisa hidup dalam suasana damai dan stabil. Meski menggelar perayaan 10 tahun referendum secara meriah, para pemimpin negeri itu menekankan bahwa hal tersebut bukan dimaksudkan untuk hura-hura. Dengan perayaan itu, pemerintah mengingikan rakyat Timor Leste memaknai momentum tersebut untuk memberikan semangat mengisi kemerdekaan.

 

Yang tidak kalah penting, rakyat Timor Leste diharapkan terus memperkuat dan mempererat hubungan persahabatan dengan masyarakat Indonesia. "Saya bangga karena selama sepuluh tahun masyarakat Timor Leste menunjukkan semangat toleransi dan solidaritas dengan rakyat Indonesia. Itu pertanda bahwa meski  berpisah, kita tetap bersaudara," kata Presiden Horta. 

 

Dia meminta masyarakat Timor Leste untuk memperingati hari referendum dengan rasa bangga dan gembira. Sebab, kemerdekaan yang diperoleh sepuluh tahun silam ditempuh dengan proses referendum yang merupakan wujud dari sebuah mimpi. "Saya tahu bahwa nilai referendum sangat mahal karena diperoleh dengan darah, air mata, dan harta benda. Ada yang kehilangan anak, istri, atau suami hanya karena ingin mewujudkan mimpi merdeka sendiri," tegas Horta.

 

Di tengah gempita pesta memperingati referendum, sebagian warga yang moderat juga masih mempersoalkan terpisahnya warga Timor Leste yang hingga kini hidup di wilayah pengungsian di Indonesia. Berdasar data terakhir, sekitar 60 ribu warga Timor Leste hidup di kamp pengungsian di wilayah Indonesia. Hidup mereka tak menentu.

Puncak acara peringatan 10 tahun referendum Timor Leste digelar kemarin. Negara bekas provinsi ke-27 Indonesia itu pun bersolek. Seperti apa kondisi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News