Kapal Perang China Masuki Samudera Hindia di Tengah Krisis Maladewa

Tak hanya sekedar bantuan
China telah melakukan kesepakatan dengan negara-negara di Asia dan Pasifik sejalan dengan inisiatif ‘One Belt, One Road’ mereka untuk memperbaiki impor komoditas utama, meningkatkan infrastruktur dan jalur perdagangan di kawasan ini dan meningkatkan pengaruh diplomatiknya.
Keputusan Beijing untuk mengirim kapal perang ke wilayah Maladewa selama krisis saat ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa China bisa melakukan permainan kekuasaan serupa di kawasan Pasifik.
Mantan sekretaris Departemen Luar Negeri Fiji, Robin Nair, mengatakan bahwa situasinya menunjukkan pengaruh China yang berkembang di Pasifik bisa membuat beberapa negara menghadapi situasi sulit.
"Kami tahu bahwa di Maladewa, China telah terlibat dalam pengembangan infrastruktur mereka dan Maladewa berada dalam hutang yang besar ke China hampir $ 2 miliar (atau setara Rp 20 triliun), yang tak bisa dilunasi oleh sebuah negara kecil seperti itu."
Nair mengatakan bahwa sementara negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru memberikan banyak dukungan dan bantuan bencana, uang bantuan China dilengkapi dengan konsekuensi.
"Bantuan China bukan hanya sekedar bantuan, tapi juga pinjaman, pinjaman lunak," kata Nair.
"China jauh lebih perhitungan dalam cara bereaksi. Negara ini bereaksi dengan benar-benar mengirimkan sejumlah uang ke Fiji setelah topan [Winston]."
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia