Kapitalisme Sepak Bola
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Messi juga sudah merasakan seluruh trofi bergengsi di level klub, seperti La Liga, Liga Champions, hingga Piala Dunia Antarklub. Hanya Piala Dunia yang membedakan Messi dari Pele dan Maradona.
Persaingan Messi vs Ronaldo praktis sudah berakhir setelah Portugal disisihkan secara dramatis oleh Maroko. Ronaldo meninggalkan lapangan dengan berurai airmata.
Ronaldo redup di Qatar. Ia menjadi penghuni bangku cadangan dua kali dalam turnamen. Ia hanya mampu mencetak satu gold an sudah tidak menjadi pilihan utama oleh pelatih Ferandano Santos.
Fernando Santos dipecat dari kursi pelatih. Ronaldo membiarkan pelatih yang membawa Portugal menjuarai Piala Eropa 2016 itu berlalu.
Tidak ada ucapan terima kasih dari Ronaldo untuk Santos. Bahkan, Ronaldo disebut sebagai penghasut yang menyebabkan Santos didepak.
Era Ronaldo sudah berakhir, meskipun ia tidak akan menyerah. Ia masih ingin membawa Portugal berlaga di Piala Eropa 2024 ketika usianya sudah 39 tahun. Entah, apa yang bisa disumbangkannya dalam usia itu.
Piala Dunia Qatar kali ini menjadi panggung besar bagi Messi. Ia membawa mukjizat bagi Argentina.
Final kali ini akan menjadi ‘moment of truth’ bagi Messi. Ia diperbandingkan dengan Pele, legenda Brasil.
Banyak kejanggalan yang menguntungkan Argentina. Messi menjadi kandidat top scorer dengan lima gol, empat di antaranya melalui penalti.
- Kembangkan Bisnis, Anak Usaha ABMM Akuisisi Perusahaan Logistik Global Asal Prancis
- Hasil Liga Spanyol: Menang 3-0 Atas Leganes, Madrid Naik Posisi 2 Klasemen
- Pelatih yang Pernah Menghancurkan Argentina Akan Menghadapi Timnas Indonesia
- Statistik Melempem Kylian Mbappe Seusai Real Madrid Dibantai Barcelona
- Liga Spanyol: Mbappe & Vinicius Jr Bawa Real Madrid Menang 2-1 atas Celta Vigo
- Lionel Messi Hattrick, Argentina Cukur Bolivia