Kapten Nurmantyo: Di Situ Terbakar Jiwa Korsa Saya

Kapten Nurmantyo: Di Situ Terbakar Jiwa Korsa Saya
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat meresmikan produksi film TNI berjudul “Merah Putih Memanggil” di landasan Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (28/4/2017). FOTO: Puspen TNI

”Kami disuruh jalan jongkok alias squat sampai ke tempat kumpul sambil diteriakin dan dibentak-bentak,” kata Rio mengenang. Alhasil, selain fisik, mental pun benar-benar di-push saat boot camp militer.

Latihan fisik lain pun sudah menunggu Rio. Setiap hari dia harus berlari sepanjang 7 hingga 10 kilometer sebanyak 3 kali. Dengan demikian, total sehari bisa 30 km. Tidak mengenakan workout gear, tapi dengan seragam militer dan atributnya yang berat.

”Kami pakai helm 3 kg dan bawa senjata beratnya 7 kg,” kata Rio. Bukannya mengenakan running shoes, Rio dan rekan-rekannya mengenakan army boots seberat 0,5 kg. Jadi, total beban yang dibawa mereka selama berlari adalah 10,5 kg.

Pull-up, sit-up, dan push-up menjadi salah satu latihan fisik. Biasanya, di rumah Rio melakukan ketiganya secara bertahap dengan istirahat di sela-sela.

”Tapi, waktu di boot camp militer, semuanya harus dilakukan kontinu dengan jumlah minimal 100 kali. Saya sempat kewalahan dan nggak sanggup 100 kali,” ujar Rio, lantas tertawa.

Selain itu, selama empat hari, Rio dilatih bela diri yang menuntutnya agar lebih tangkas, lincah, dan kuat. Refleksnya harus bagus demi menghindari serangan.

Rio juga belajar komunikasi ala tentara. Misalnya, komunikasi dalam bahasa sandi dan kode, menyampaikan laporan dengan suara tegas, serta telekomunikasi dengan handie-talkie.

Latihan-latihan berat itu dilakukan di bawah bentakan, cercaan, dan teriakan pelatih militer mereka. Jam istirahat atau tidur malam pun tidak lebih dari dua jam.

Sang aktor dituntut berperan layaknya kesatria saat bermain di film bertema militer. Bukan hanya fisik prima, mental pun harus sekuat baja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News