Karena Unik, BPD Sebaiknya Go Public
Perlu Pendekatan ke Pemda dan DPRD
Jumat, 08 April 2011 – 14:15 WIB
Kemampuan BPD untuk mendapatkan funding dari pihak ketiga selain Pemda juga menjadi tantangan. Tetapi, tantangan itulah yang seharusnya membulatkan tekad menjadi perusahaan go public. "Dulu kan, BPD ini cenderung menunggu anggaran daerah dan tidak berani tetapkan target seperti bank komersil lainnya," terusnya.
Direktur Konsumer PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR) Tatang Sumarna, mengakui hal tersebut. Ketika perseroan berupaya listing di bursa, menurutnya, butuh waktu dua sampai tiga tahun agar bisa memberi keyakinan kepada stakeholder. "Inilah tantangan BPD. Perlu tingkatkan intensitas komunikasi dengan owner (Pemda dan anggota dewan). Owner ini pemahamannya belum inline dengan bisnis perbankan," ujarnya.
Menuju proses Initial Public Offering (IPO) menjadi sangat alot karena harus melakukan pembicaraan intensif dengan semua pemegang saham. "Banyak anggapan istilahnya, "Saya yang mengurus dari kecil sampai besar dan cantik, masa kemudian dijual ke orang lain?" Ada juga yang takut kehilangan kontrol, karena akan ada orang lain memiliki saham. Itu semua yang harus diluruskan," kisahnya.
Namun pada akhirnya terjadi kesamaan pikiran dan BJBR disepakati melepas saham ke publik sebesar 40 persen dan baru dieksekusi sebesar 25 persen. Sisanya akan dilepas sesuai kebutuhan di masa mendatang. "Saat IPO kami berhasil meraup dana Rp 1,4 triliun dengan harga saham perdana Rp 600 dan di hari pertama naik ke level Rp 900," ungkap Tatang bangga.