Karier Politik Ganjar Pranowo di Ujung Tanduk?

Karier Politik Ganjar Pranowo di Ujung Tanduk?
Ganjar Pranowo. Foto: Ricardo/JPNN

Nyarwi menambahkan, tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survei dengan 18 dan 10 nama capres dan cawapres.

"Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, apabila Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP," jelas Nyarwi.

Keempat, apa yang disampaikan Puan menunjukkan bahwa PDIP mengedepankan model pemasaran politik tradisional yang berbasis pada ideologi parpol. Di sini, kata dia, parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting.

Menurut dia, parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi partai sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figur yang dimiliki oleh atau menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah atau gubernur.

Menurut Nyarwi, model pemasaran politik seperti ini bisa saja efektif jika didukung dengan berbagai syarat. Dia menyebut syarat pertama, parpol memiliki tingkat party ID yang kuat.

Menurut dia, dibandingkan partai lainnya, party ID pemilih PDIP secara umum lebih besar atau kuat, tetapi belum merata di seluruh Indonesia melainkan masih ada di Jawa, khususnya di Jateng.

“Meski demikian, untuk syarat yang pertama ini, PDIP secara umum memiliki modal yang cukup baik,” katanya.

Syarat kedua, kata dia, PDIP mampu menata struktur organisasi kepartaiannya tidak hanya sebagai organisasi parpol, namun juga menjadi mesin pemasaran politik yang efektif dan penetrative.

Nyarwi Ahmad mencermati kejadian pada pengarahan Pilpres 2024 yang digelar DPD PDIP Jateng, Sabtu (22/5) yang dihadiri Ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan tidak diundangnya Ganjar Pranowo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News