Karier Politik Ganjar Pranowo di Ujung Tanduk?

Karier Politik Ganjar Pranowo di Ujung Tanduk?
Ganjar Pranowo. Foto: Ricardo/JPNN

Mesin ini juga harus gesit di berbagai jenis lapangan atau arena politik, bukan hanya di media sosial saja.

Untuk mencapai ini, para elite PDIP dituntut mampu melakukan penetrasi pasar politik secara intens ke kalangan masyarakat luas melalui berbagai jenis interaksi langsung.

Namun, di tengah menguatnya penggunaan berbagai jenis platform sosial media dan dalam situasi pandemi saat ini, penggunaan sosial media kian tak terelakkan.

Selain itu, tanpa memaksimalkan penggunaan media sosial, penetrasi pasar PDIP di kalangan anak-anak muda kian terbatas.

“PDIP bisa saja mampu mendapatkan dukungan besar dari para pemilih tua, namun bisa kurang populer di kalangan anak muda,” kata Nyarwi.

Syarat ketiga, para elite PDIP khususnya yang menjadi publik figur atau menjabat di lembaga negara atau pemerintahan mampu lebih memasarkan partainya, dibandingkan dengan dirinya.

Dalam hal ini, mereka dituntut memiliki semangat kolektif lebih mengedepankan visibilitas kinerja PDIP sebagai sebuah parpol dalam panggung politik lokal dan nasional dibandingkan kinerja dirinya sebagai personal.

Menurut dia, kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo agar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa Capres 2024, sepertinya dapat dibaca sebagai warning bagi semua kader PDIP yang saat ini menjadi pejabat publik. Khususnya yang memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi agar lebih mampu ‘memasarkan’ parpolnya, bukan sekadar ‘memasarkan’ dirinya saja.

Nyarwi Ahmad mencermati kejadian pada pengarahan Pilpres 2024 yang digelar DPD PDIP Jateng, Sabtu (22/5) yang dihadiri Ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan tidak diundangnya Ganjar Pranowo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News