Karma Politik Golkar yang Faksional
Selasa, 13 Oktober 2009 – 10:29 WIB
Kita ingat, bahkan Akbar Tandjung pun "dikeroyok" habis-habisan dalam Munaslub Golkar 2004 di Denpasar. Kelompok Pembaruan Golkar, kala itu, yang dimotori oleh Fahmi Idris, Muladi dan Burhanudin Napitupulu, rupanya telah "merapat" ke kandidat Ketua Umum Jusuf "JK" Kalla yang berpredikat sebagai Wapres. Tak ayal, Akbar terjegal dan JK melaju ke kursi nomor wahid Golkar.
Baca Juga:
Padahal saat itu, pidato petanggungan-jawab Akbar disambut dengan tepuk tangan gegap-gempita. Maklum, Akbar telah membawa Golkar menjadi pemenang Pemilu 2004. Akbar kalah karena, syahdan, orang-orang Golkar sudah terbiasa duduk dalam pemerintahan selama 30 tahun lebih era Orde Baru, dan hal itu hanya dimungkinkan jika mendukung JK yang Wapres.
Jika Akbar kemudian juga menggusur rivalnya, Edi Sudrajat cs di Munaslub 1998, maka JK pun menggeser orang-orang Akbar dalam susunan DPP periode 2004-2009. Sejarah berulang lagi. Jika Edi Sudrajat mendirikan partai baru, yakni PKP, maka kini Yuddy Chrisnandi hendak hengkang ke partai lain, yang intinya sama, yakni membonsai Golkar.
Gusur-mengusur kompetitor kandidat ketua umum, tampaknya juga dilakukan oleh Aburizal, Ketua Umum terpilih dalam Munas Pekanbaru terhadap Surya Paloh dan pendukungnya. Belum diketahui, apakah Surya Paloh akan mengikuti jejak langkah Yuddy untuk hengkang dari Golkar, mendirikan partai baru atau bergabung dengan partai lain.