Karya Mahasiswa dengan Cita Rasa Dunia
jpnn.com, SURABAYA - Graduation Show Program Kekhususan Desain Fashion dan Produk Lifestyle Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya terasa berbeda. Pasalnya, ada ratusan busana karya mahasiswa yang dipamerkan di Chameleon Hall Tunjungan Plaza 6.
Tema yang diangkat adalah Metaphor. Itu merujuk pada kata metamorfosis yang berarti adanya perubahan bentuk atau warna. Agustina Salim, ketua panitia acara, mengartikan konsep itu sebagai perlambang sisi tenang sekaligus kuat dalam diri perempuan.
Tema tersebut direalisasikan dalam peragaan busana yang memiliki keberagaman konsep. Yakni, 40 tampilan Czarina yang mengarah pada fashion global untuk musim gugur dan musim dingin 2018. Kesan yang ditonjolkan identik dengan romantic mood.
Satu lagi adalah 45 tampilan Bohemian Bay yang merujuk pada tren musim semi dan musim panas 2018. Pada look tersebut, holiday mood benar-benar ditonjolkan dalam kesan tenang dan damai. Total 85 busana itu dibuat 17 mahasiswa semester akhir.
Masing-masing menciptakan lima busana. Setiap karya yang dipamerkan memiliki ciri khas yang berhasil mencuri perhatian para penikmat seni fashion. Salah satunya busana karya Chelsi Calista. Mahasiswa semester delapan itu menamai lima koleksinya dengan sebutan The Sawdust.
Itu tidak lain nama salah satu festival seni tahunan di California. ''Festival tersebut diadakan di alam terbuka. Makanya, aku pakai warna-warna yang ceria dan detail craft, tassel, manik-manik, bordir,'' katanya. Detail itu hampir memenuhi setiap karya Chelsi. Mulai baju atasan, celana, tas, rantai kacamata, hingga gladiator shoes. Lima busana bertajuk Pueblo Exotico karya Salsabila Chatib juga tidak kalah kece.
Perempuan keturunan Arab itu menyatakan ingin menjadi pembeda. Caranya, membuat look yang semuanya mengenakan hijab. ''Sebenarnya ini modest wear sih. Bisa dipakai siapa aja. Tapi, aku pengin juga ini bisa jadi alternatif busana liburan buat perempuan berhijab,'' jelasnya. Dia mengungkapkan, inspirasi karyanya berasal dari bangunan Pueblo ala Suku Indian Kuno di New Mexico.
Di tangan Ardeliah, baju-baju warna basic seperti navy dan merah menjadi sesuatu yang eye catching. Sebab, ada tambahan motif sulur dari bordir warna emas. Dia mengusung ide dari pelantikan Queen Elizabeth II. ''Makanya, aku kebanyakan pakai mahkota, jas, cape. Buat nunjukin ada sisi gagah dari sebuah tampilan yang feminin,'' tuturnya.
Selain puluhan karya mahasiswa tingkat akhir itu, fashion show tersebut menampilkan puluhan karya lain. Yakni, yang dibuat mahasiswa semester tiga hingga enam. ''Graduation show ini untuk kali ketiga. Ini merupakan satu langkah awal mereka untuk terjun ke dunia fashion. Di bagian awal juga ditampilkan karya beberapa alumnus yang sudah punya brand,'' papar Dekan FIK Ubaya Amelia Santosa. (hay/c15/tia)
Perempuan keturunan Arab itu menyatakan ingin menjadi pembeda. Caranya, membuat look yang semuanya mengenakan hijab
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Bali International Fashion Festival 2023, Lenny Hartono Siap Hadirkan 20 Desainer Top
- Heboh Polemik Brand Indonesia di Paris Fashion Week 2022, Begini Komentar Nikita Mirzani
- Bali Kembali Movement, Ikhtiar Mendukung Brand Lokal
- Tak Kesulitan Dandani Model Luar Negeri
- Felicia by Yeny Ries Angkat Kecantikan Lombok
- Empat Tema dalam Annual Fashion Show