Karyawan Sakit yang Masuk Kerja Rugikan Perekonomian Australia Rp 340 Triliun
Laporan terbaru menunjukkan, karyawan sakit yang tetap memaksakan diri ke kantor telah merugikan perekonomian Australia sebanyak lebih dari 34 miliar dolar (atau setara Rp 340 triliun) setahun.
Para ahli mengatakan, kondisi yang disebut "presenteeism" itu menimbulkan kerugian bisnis lewat hilangnya produktivitas, dan karena karyawan yang sakit bisa menulari rekan-rekan mereka.
Lembaga Kesadaran Patologi Australia (PAA) mendapatkan laporan ini dari Pusat Ekonomi Internasional.
John Crothers, Direktur PAA, mengatakan, "presenteeism" adalah kata yang digunakan ketika orang pergi bekerja di saat mereka mungkin terlalu sakit.
"Dan itu semua tentang tak memahami apa yang terjadi dengan kesehatan mereka pada waktu tertentu," sebutnya.
Ia menerangkan, "Ya, Anda punya tenggat waktu untuk dipenuhi -tetapi Anda ingin melakukannya dengan pemahaman bahwa tubuh Anda dalam posisi untuk bisa melakukan itu secara efektif, dan tak bekerja di bawah standar, dan tak menyebarkan sesuatu yang mungkin benar-benar menular."
John mengatakan, sementara pekerja mungkin berpikir mereka melakukan hal yang benar, mereka mempertaruhkan kemungkinan menginfeksi rekan mereka dan menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan.
Ia menjelaskan, para pekerja yang sakit harus selalu mencari saran dari ahli medis.
Laporan terbaru menunjukkan, karyawan sakit yang tetap memaksakan diri ke kantor telah merugikan perekonomian Australia sebanyak lebih dari 34 miliar
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata