Kasus 2 Siswa SMAN 1 Semarang Dikeluarkan, Ortu tak Terima
jpnn.com, SEMARANG - Kasus dua siswa SMA Negeri 1 Semarang, Jateng, Muhammad Afif Ashor (AF) dan Anindya Puspita Helga Nur Fadhila (AN) yang dikeluarkan dari sekolahnya, berbuntut panjang.
Orangtua mereka tidak terima anaknya dikeluarkan dari sekolah gara-gara dituduh melakukan tindak kekerasan saat kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) calon pengurus OSIS.
Mereka mengutus lawyer, Dio Hermansyah, melaporkannya ke Ombudsman RI perwakilan Jateng, Senin (26/2).
Menurut Dio, laporan ini bisa menjadi dasar Ombudsman untuk menyelidiki apakah ada maladministrasi di SMAN 1 Semarang.
Pasalnya, dalam kasus dugaan pelanggaran ini, pihak sekolah langsung mengeluarkan siswa tanpa peringatan. "Tidak ada peringatan, skorsing, SP1 atau SP2. Tiba-tiba langsung dikeluarkan," ucapnya.
Apalagi, lanjutnya, LDK sudah menjadi sistem dan dikatakan tradisi di SMAN 1 Semarang. Mereka pun tidak melakukan tindak kekerasan yang berat.
"Yang dilakukan itu kan di lingkup sekolah, dan memang sudah jadi tradisi. Kenapa sekarang dipermasalahkan. Sekolah juga langsung mengeluarkan," katanya.
Selain itu, maladministrasi juga diduga terjadi pada ketertiban sekolah. Sebab, hingga kedua siswa dikeluarkan, buku tatib mereka masih kosong. Tidak ada keterangan mengenai pelanggaran atau melakukan kekerasan.
Kasus dua siswa SMAN 1 Semarang yang dikeluarkan dari sekolah berlanjut ke Ombudsman RI.
- Mendikdasmen: Gelar Hasil Karya Buka Peluang Peserta Didik Mendapat Pendidikan Bermutu
- Guru Agama Bingung, Kemenag & Kemendikdasmen Lepas Tangan soal Tunjangan Sertifikasi
- Wisuda ke-7 i3L, 180 Lulusan Siap Melangkah ke Dunia Profesional
- Gelar Perayaan Natal 2024, Untar: Simbol untuk Menciptakan Kebersamaan
- IGC Perkenalkan Pendidikan Karakter Melalui Program Makanan Bergizi di Sekolah
- Wamen Stella Cristie Dorong Insentif Dosen untuk Penelitian