Kasus Kematian Karena Hepatitis Pada Anak-Anak Meningkat, Pakar Masih Mencari Penyebabnya
"Harus diingat bahwa banyak virus yang beredar bahkan selama 'lockdown'."
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penetapan adenovirus sebagai sebab tidak bisa menjelaskan "parahnya gejala klinis pada kasus yang ada".
Analisa lebih lanjut dari setiap kasus menemukan bahwa mereka semua mengidap adenovirus subtipe 41, yang sering menimbulkan gejala seperti diare, muntah-muntah, dan sakit perut, namun tidak menimbulkan kerusakan hati yang parah.
Menurut Professor Hardikar, adenovirus bisa menyebabkan gejala parah pada pasien yang mengalami masalah kekebalan tubuh, namun tidak banyak dikaitkan dengan anak-anak yang sehat.
"Adenovirus tidak pernah dikaitkan sebagai penyebab gagalnya fungsi hati yang parah sehingga susah mencari kaitannya," katanya.
"Kecuali adanya virus yang betul-betul mematikan, besar kemungkinan adanya faktor tambahan seperti respon tubuh yang buruk atau hal lain."
Peneliti mencoba melihat kemungkinan lain termasuk COVID-19
Teori lain yang juga sedang dibahas menurut Professor Hardikar adalah adanya faktor tambahan seperti apakah anak-anak tersebut infeksi virus lain termasuk COVID-19, sehingga membuat mereka mengalami gejala lebih parah.
Sejauh ini hanya ada sedikit kasus di mana anak-anak yang terkena hepatitis tersebut juga positif COVID-19.
Wabah kematian misterius pada anak-anak karena hepatitis sudah terjadi di 20 negara
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?
- 5 Pesakitan Bali Nine Akhirnya Dipulangkan ke Australia
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time