Kasus Myanmar, Al Qaida Peringatkan Pembalasan
Laporan ini mengutip seorang perwira intelijen Bangladesh yang tidak disebutkan namanya. Dia mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan Myanmar bertujuan menimbulkan masalah bagi Pemerintah Aung San Suu Kyi di Myanmar dan memperkuat pemberontakan Rohingya di negara bagian Rakhine.
Tohar diyakini telah berlatih dengan Taliban Pakistan, dan secara luas dipersalahkan atas serangan serupa di Myanmar pada Oktober tahun lalu.
Mendapatkan senjata
Laporan Mizzima sulit diverifikasi. Namun laporan lain memperkuat bukti adanya kaitan antara kelompok jihad dan ekstremisme militan di Myanmar.
Dalam sebuah langkah terpisah, pemimpin ISIS di Bangladesh, Syaikh Abu Ibrahim al-Hanif, telah berjanji untuk meluncurkan "operasi di Burma begitu kita mencapai kemampuan untuk melakukannya".
"Warga Muslim di Burma telah ditindas oleh umat Budha musyrik untuk waktu yang lama," katanya dalam sebuah wawancara dengan Dabiq, sebuah majalah ISIS, tahun lalu.
Seorang pakar keamanan Australia memperingatkan bahwa seruan Al Qaeda dan ISIS untuk memobilisasi sumber daya di Myanmar - meski tidak mengejutkan - dapat menyebabkan aliran persenjataan berat ke tangan militan Rohingya.
"Ada sejumlah kelompok militan militan di Bangladesh. Mereka mungkin punya cara mengirimkan senjata ke kelompok Rohingya," kata Greg Fealy, pakar politik Indonesia pada Australian National University.
"Salah satu hal yang kita saksikan bulan lalu adalah perlawanan dari sejumlah warga Rohingya yang mengungsi. Serangan terhadap pos polisi, pos militer, di negara bagian Rakhine," katanya.
- Jumlah Penularan Kasus HMPV Terus Bertambah di Tiongkok, Virus Apa Ini?
- Dunia Hari Ini: Facebook dan Instagram Akan Berhenti Menggunakan Mesin Pengecek Fakta
- Dunia Hari Ini: PM Kanada Justin Trudeau Mundur karena Popularitasnya Menurun
- Program Makan Bergizi Gratis Diharapkan Menyasar Anak Indonesia di Pedalaman
- Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025