Kasus Omicron Indonesia Terus Bertambah, Pemerintah Mengaku Siap karena Belajar dari Delta
Priska bekerja di kantor sebuah pabrik keramik dan pada awalnya tidak menduga bahwa dia terkena virus karena gejala yang dialaminya ringan.
"Saya ke dokter dan dia mengatakan saya sakit tenggorokan," katanya sambil menambahkan bahwa dia mendapatkan vaksin dosis kedua AstraZeneca bulan September tahun lalu..
"Tetapi setelah mendengar bahwa semua teman sekantor saya positif, saya kemudian tes antigen dan PCR, dan hasilnya positif."
Sebagai pekerja, Priska digaji sekitar Rp4 juta sebulan namun harus menghabiskan biaya Rp1,4 juta untuk menjalani sejumlah tes antigen dan PCR sebelum bisa kembali bekerja walau dia mendapatkan juga bantuan obat-obatan dari pemerintah.
Kasus Omicron Indonesia mirip dengan India
Jumlah kematian harian tertinggi karena COVID yang terjadi di puncak penularan Delta tahun lalu adalah 2.069 orang namun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan jumlah kematian karena Omicron tidak akan melebihi 500 orang per hari, seperti dilaporkan oleh kantor berita AP.
Professor Hari Kusnanto, epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengatakan pola penularan Omicron di Indonesia mirip dengan apa yang terjadi di India.
"Di negara lain misalnya di Amerika Serikat, kasus Omicron lima atau enam kali lebih tinggi dari kasus Delta," kata Professor Kusnanto.
"Indonesia mirip dengan India, di mana jumlah kasusnya hampir sama dengan kasus Delta.
Jumlah kasus harian COVID di Indonesia sudah melewati angka tertinggi Delta tahun lalu
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya