Kasus Penculikan Bukan untuk Diputihkan, Buku yang Mau Melawan Narasi Lupakan Masa Lalu
Alasan kedua, kata Al Araf, buku Kasus Penculikan Bukan untuk Diputihkan dibuat, lalu diluncurkan untuk melawan narasi jahat penguasa.
"Ada narasi jahat dalam kekuasaan ini sepanjang 20 th yang sedang membangun apa yang disebut politca of delay dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, salah satunya kasus penculikan," ujar dia.
Menurutnya, penguasa selama ini terkesan membiarkan dan menunda-nunda penyelesaian kasus penculikan aktivis meskipun legislatif sudah membuat rekomendasi menuntaskan perkara tersebut.
Al Araf menduga penguasa ingin membiarkan keluarga korban penculikan meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi pihak yang memperjuangkan keadilan.
"Jadi, negara sedang men-delay waktu dalam kasus ini dan itu kejahatan sehingga kasus ini diundur dan tidak diselesaikan," ungkap dia.
Al Araf melanjutkan alasan ketiga buku Kasus Penculikan Bukan untuk Diputihkan untuk mengungkap kasus kejahatan HAM pada 1997-1998 dari sisi pandang korban.
Dia menyadari selama ini sudah ada buku tentang kasus penculikan, tetapi perspektif yang muncul berakar dari pelaku.
"Nah, buku ini hadir ingin menjelaskan fakta apa adanya dari kesaksian korban tentang peristiwa penculikan," katanya.
Pengamat militer dari Centra Initiative Al Araf membeberkan tiga alasan diluncurkannya buku Kasus Penculikan Bukan untuk Diputihkan. Apa saja?
- Dukung Asta Cita, Ini Kinerja Pengawasan Kanwil Bea Cukai Jakarta Sepanjang 2024
- Mendes Yandri Susanto Sebut BUMDes Dipercaya Menyukseskan Program Makan Bergizi Gratis
- Syahganda Sebut Pernyataan Dolfie Soal PPN Dapat Picu Instabilitas Politik
- Batal Bertemu, PM Malaysia Ungkap Kondisi Kesehatan Prabowo
- Tim 8 Prabowo Soroti Kritikan PDIP Soal PPN 12 Persen
- Bukan Menyalahkan Prabowo soal PPN 12 Persen, Deddy Singgung Rezim Jokowi