Kasus Poligami: Istri Jaga Buah Hati, Suami ke Luar Kota dengan Perempuan Lain

Kasus Poligami: Istri Jaga Buah Hati, Suami ke Luar Kota dengan Perempuan Lain
Tak selamanya berpoligami menyenangkan. Foto: PAKSI SANDANG PRABOWO/KALTIM POST

Terakhir, seorang perempuan berstatus ASN yang menjadi istri kedua. Dia merasa sedih karena suami tidak pernah mengunjungi lagi ketika sudah ketahuan istri. Di mana, istri pertama mengancam akan membawa lari anak-anaknya dan tidak akan mau bertemu suami lagi.

Akhirnya ia bingung karena suami jarang datang, sekali datang hanya membelikan bahan-bahan dapur dan tidak pernah lagi tidur di rumah. Belum lagi dia kerap dimaki-maki istri pertama, padahal ia merasa bahwa mertuanya sangat sayang padanya. “Sekarang hanya bisa pasrah dan menerima keadaan dirinya yang menikah namun tetap sendiri,” tutupnya.

Setali tiga uang dengan temuan psikolog, hasil survei Tim Riset Kaltim Post juga mengerucut pada penolakan terhadap poligami. Berdasarkan jajak –pendapat sepekan terakhir, sebanyak 62,5 persen responden menjawab tidak setuju dengan poligami. Hanya 37,5 persen responden menjawab setuju dengan poligami.

BACA JUGA: PNS Ditabrak Mantan Suami, Ternyata Sengaja

Responden yang menjawab tidak setuju dengan poligami beralasan poligami merupakan ketidakadilan dalam pernikahan (35,1 persen). Kemudian menurut responden poligami bisa menyebabkan anak telantar (33,33 persen).

Selanjutnya, 18,33 persen responden menjawab poligami merugikan perempuan dan 13,33 persen responden menjawab poligami bisa memicu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sebanyak 87,5 persen responden juga menyatakan peningkatan angka perceraian dikarenakan poligami.

Ketika Tim Riset Kaltim Post (Jawa Pos Group) memberikan pilihan apakah poligami kebutuhan atau keinginan, 79,17 persen responden menjawab poligami merupakan suatu keinginan. Adapun 18,75 persen responden menjawab poligami merupakan suatu kebutuhan dan keinginan. Sisanya, 2,08 persen responden menjawab poligami merupakan suatu kebutuhan.

“Survei ini dilakukan kepada 96 kaum milenial di Kaltim dengan usia responden 17 sampai dengan 35 tahun. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti. Teknik tersebut termasuk teknik pengambilan sampel nonprobabilitas. Artinya, peluang setiap orang untuk terpilih menjadi sampel tidak sama,” ucap Rizky Rizkiawandi, koordinator Tim Riset Kaltim Post. (tim kp)


Suami yang melakukan poligami juga berpotensi mengalami stress ketika istri-istrinya mulai banyak tuntutan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News