Kasus Ruilslag Lombok Barat Patut Jadi Pelajaran
Senin, 09 Februari 2009 – 13:58 WIB
Menurut dia, hal itu disebabkan karena tidak katibel di tengah-tengah pasar. Bayangkan saja, Jalan Sriwijaya Mataram itu mau dibangun apa? Berarti ada dua karakter modal yang harus disiapkan oleh setiap investor. Yakni tanahnya dan juga mempersiapkan modal untuk membangunnya. Berarti, membutuhkan waktu jangka panjang untuk suatu proses dalam mendapatkan suatu nilai yakni keuntungan.
Baca Juga:
Lantas kenapa PT Varindo Lombok Inti (PT VLI) berani berinvestasi di lokasi tersebut? Menurut Izzat Husein, karena PT VLI adalah putra daerah. Apalagi, dalam persoalan tersebut dimintai tolong oleh pihak Pemkab Lobar. Demikianlah esensi awalnya. Bukan PT VLI yang aktif, yang proaktif adalah justru datang dari pihak Pemkab Lobar.
''Tapi apa yang didapatkan setelah PT VLI mengorbankan semua apa yang ia punya, dan Pemkab menikmati semua apa yang telah dibuat oleh PT VLI,'' ungkapnya sembari mengatakan kalau gelak ketawa pun tersahut di gedung-gedung baru.
Multiplayer efeknya muncul, bahwa harus uang di Lobar lebih banyak, menciptakan pekerjaan, NJOP menjadi naik, harapan pedagang-pedagang baru muncul, berarti harapan baru pun muncul. Begitu banyak multiplayer yang timbul, tapi karena Pemkab Lobar itu tidak mengerti arti dari investasi, sehingga justru yang diberikan kepada PT VLI adalah penjara. Dilaporkan kesana-kemari oleh orang Pemkab Lobar sendiri.
JAKARTA – Menjelang dijatuhkannya vonis oleh majelis hakim di pengadilan Tipikor terkait kasus ruilslag eks kantor bupati Lombok Barat, Senin
BERITA TERKAIT
- Sebanyak 19,8 Ton Kopi Pagar Alam Sumsel Diekspor Perdana ke Malaysia
- CPNS 2024 Pemkab Bogor: 7.650 Pelamar Dinyatakan Lulus Seleksi Administrasi
- Gelar Cooling System, Polres Rohul Maksimalkan Partisipasi Pemilih di Lapas Pasir Pengairan
- Ditinggal Sendirian, Bocah Tujuh Tahun Terjatuh dari Lantai 8 Apartemen
- Gempa Bandung, Pemkab Tetapkan Status Tanggap Darurat 14 Hari
- Gempa M 5 Bandung: 700 Rumah Rusak, Korban Luka 82 Orang