Katanya Junjung Pluralisme, Kenyataannya?
Selasa, 29 November 2016 – 02:35 WIB
"Sudah sejak lama berbagai paradoks demokrasi dalam ?bentuk pembiaran, kelompok tertentu menggunakan instrumen demokrasi tapi melahirkan produk hukum dan praktik antidemokrasi," tutur Henny melanjutkan pembacaan seruan bersama tokoh dan masyarakat sipil.
Selain itu masyarakat sipil menilai, pluralisme juga hanya digunakan sebagai pembela ketika keberagaman mulai terancam, tapi tak pernah dirawat dan dikembangkan melalui berbagai instrumen pendidikan nasional.
"Pembiaran praktik pelanggaran HAM juga dibiarkan tidak tuntas, tapi kemudian prinsip HAM digunakan untuk membela diri, saat diskriminasi mengancam kelompok lainnya," tutur Henny.(gir/jpnn)
JAKARTA - Belakangan nilai kemajemukan yang dijunjung Indonesia dinilai semakin rapuh dan rentan dieksploitasi untuk berbagai tujuan destruktif.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Warga Diimbau Waspada, Gunung Lewotobi Kembali Erupsi
- Ketum Ajak Alumni Pesantren Persis Gaungkan Kolaborasi dan Silaturahmi
- Hmm, OTT di Bengkulu Diduga Terkait dengan Pungutan buat Pilkada
- Aher: Apa yang Sudah Diproduksi Pindad Selama Ini tak Kalah dengan Produk Negara Lain
- Diikuti 12.300 Pelari, Pertamina Eco RunFest 2024 Sukses Digelar
- WPC dan GPA Serukan kepada Pemerintah untuk Turut Mengakhiri Polusi Plastik