Kawanan Tan Malaka dan Aksi Penggelapan 19 September
Sementara para elite bersidang, kelompok pemuda Jakarta bergerak mewujudkan ide tersebut. Di bawah kepanitiaan Komite van Aksi, mereka mengorganisir massa rakyat berdemonstrasi.
"Saya sendiri mengikuti Sukarni masuk kampung ke luar kampung, menemui kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda dan para kiai, mengajak dan meyakinkan mereka supaya datang berbondong-bondong ke lapangan Ikada," kenang Aboe Bakar Loebis, sebagaimana ditulis Harry Poeze dalam Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia.
16 September 1945. Kepala Pemerintah MIliter Jepang, Jenderal Nagano mengeluarkan keterangan resmi; larangan berkumpul dan berkelompok lebih dari lima orang.
Larangan tinggal larangan. Hari itu juga, Komite van Aksi menggelar rapat umum, "di gedung bioskop Maxim, di Jalan Cikini Raya," tulis Harry Poeze. "Di antara para pembicara disebut-sebut Iljas Hussein (nama samaran Tan Malaka--red)," sambungnya.
Dana Revolusi
19 September 1945. Ratusan ribu orang dari seluruh penjuru mata angin berduyun-duyun menuju Lapangan Ikada (sekarang Monas). Suasana riuh rendah.
Peristiwa yang dikenang sebagai Rapat Raksasa Lapangan Ikada itu membuat balatentara Jepang panik. Mereka bergerak membayang-bayangi.
Ketika perhatian Kempeitai fokus pada aksi massa tersebut, Kepala Intelijen Kaigun Bukanfu (Angkatan Laut Jepang) Tomegoro Yoshizumi--orang dekat Tan Malaka--mengorganisir aksi penyelundupan di kantor Laksamana Maeda.
- Freddie Mercury, Majusi dan Asma Allah di Jagat Rock
- Tak Perlu Sekolah Tinggi, Inilah Kisah Penemu Listrik...
- Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya...
- Saat Ditemukan, Candi ini Menginspirasi Belanda Membuat Kapal, Eh...Ditenggelamkan Nazi
- Kota Tjandi, Nama Asli Wilayah Candi Muara Takus
- Obituari Ani Yudhoyono