Kawin Thinking
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - Siapa antagonis. Siapa protagonis.
Itulah pertanyaan untuk anak SMP setelah mereka mendapat pelajaran membaca buku cerita.
Bisa jadi antarsiswa di satu kelas punya pendapat tidak sama. Buku ceritanya memang sengaja menampilkan cerita yang bisa ditafsirkan berbeda.
Guru SMP kemudian memancing siswa untuk saling memperdebatkan posisi tokoh dalam cerita itu.
"Guru tidak harus buru-buru memberikan kesimpulan siapa yang benar," ujar Chris Mohn, mantan guru di pedalaman Kansas di Amerika Serikat. "Bahkan, kalau perlu tidak usah memberikan keputusan," tambahnya.
Pelajaran critical thinking dimulai saat guru sudah waktunya bertanya: mengapa begitu. Juga mengapa seperti itu. "Mengapa" adalah kuncinya.
Dari "mengapa" itu akan muncul jawaban yang berbeda-beda. Juga muncul perspektif yang berbeda.
Guru harus pandai memancing murid untuk berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Bahkan, kalau pendapat itu cenderung sama guru harus bisa memancing munculnya pendapat yang sama tetapi dari perspektif lain.