Kaya Sebenarnya
Oleh: Dahlan Iskan
Dari pada disita Arif pilih menjual alat produksinya. Mesin-mesin cetak yang buatan Jerman dia jual. Dia sisakan mesin cetak lama nan kecil. Tidak cukup. Dia jual tanah. Tersisa rumah yang dia tempati. Urusan dengan bank pun beres.
Umurnya 36 tahun. Enam tahun lalu.
Setelah itu dia merenung. Dia melakukan kontemplasi. Dia mencari tahu ke dalam dirinya sendiri: mengapa bisa bangkrut, apa yang salah. Dia merasa tidak berbuat salah apa pun. Tidak mungkin, kata hatinya. Pasti punya kesalahan.
Akhirnya dia menemukan yang dia sebut "kesalahan" itu. Dia tidak pernah menyantuni orang miskin. Juga tidak pernah mengurus anak yatim.
Maka Arif mencari teman yang mau diajak mengurus orang miskin dan yatim miskin. Dia dirikan Komunitas Sahabat Yatim Dhuafa Indonesia. Tergabunglah 1.200 anak muda yang ikut jadi relawan.
Salah satu relawan di desa Wajak, Mufi, menemukan orang tua di pinggir kali. Tergeletak. Lemah. Basah kuyub. Baru saja kena hujan deras.
Mufi seorang bidan desa. Dia mengkhawatirkan wanita tua itu akan terguling ke sungai lalu hanyut. Mufi menolongnyi. Itulah orang miskin pertama yang diurus komunitas Arif. Namanyi: Misenan. Tidak punya rumah. Tidak punya keluarga.
Dari sinilah ceritanya mengapa Arif membangun Griya Lansia di Wajak. Mufi yang mencari tanahnya.