Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor

Limpa Membengkak, Seumur Hidup Transfusi Darah

Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor
SENYUM SEMANGAT : Kayla In’ami Nashiro (kanan) dan Ahmad Sulton Almusyafa. Foto: Septinda Ayu Pramitasari/Jawa Pos

Wahyu menceritakan, pernah suatu ketika darah yang digunakan untuk transfusi anaknya berjenis packed red cells (PRC) atau sel darah merah utuh. Tetapi, darah tersebut tidak bisa diterima dalam tubuh dua buah hatinya. Alergi di kulit Sulton kembali muncul. Badan pun masih terasa lemas. ’’Paling tidak setiap bulan butuh delapan kantong untuk dua anak saya,’’ tambahnya.

Belum lagi, obat-obatan yang wajib diminum Kayla dan Sulton. Salah satunya adalah obat desferal (deferoxamine) atau obat untuk mengurai zat besi. Sebab, dampak transfusi darah adalah penimbunan zat besi. Jika tidak diurai, akan terjadi kerusakan hati, jantung, dan kelenjar hormon. Bahkan, untuk obat-obatan penunjang, Wahyu sering memberikan vitamin E agar kulit anaknya tetap halus dan tidak menghitam.

Meski memiliki penyakit parah, Kayla dan Sulton tetap ceria. Mereka justru tidak terlihat seperti orang sakit. Aktivitas mereka setiap hari justru sangat tinggi. Apalagi Sulton kerap mengikuti lomba di bidang seni tarik suara dan menari. Beberapa kali bocah kelahiran 9 Desember 2008 itu ditunjuk sekolah untuk mengisi acara pentas seni. Begitu juga di kegiatan rutin Perhimpunan Orang Tua Penderita Talasemia Indonesia (POPTI) Jawa Timur.

Bahkan, saat ditemui di rumahnya, kawasan Surabaya Utara itu, Sulton terus menunjukkan bakatnya di tarik suara dan menari. Beberapa lagu dangdut versi anak-anak juga dinyanyikannya. Misalnya, lagu Sakitnya Tuh di Sini. Bahkan, dia sempat menunjukkan kebolehannya menari balet.

’’Saya suka tampil di panggung. Bukan di rumah,’’ ungkap Sulton saat diminta orang tuanya menari balet. Maklum, rumah kontrakan mereka sangat sempit. Ukurannya cuma 5x4 meter.

Berbeda dengan Sulton, Kayla justru lebih pendiam. Namun, dia sangat menonjol di bidang akademis. Di sekolah, gadis kelahiran 17 April 2007 itu sering menjadi juara kelas. Kayla mengaku sudah mengetahui penyakit yang dideritanya. Karena itu, dia sangat sadar dengan kondisi tubuhnya yang rentan sakit.

Dia pun membatasi aktivitas fisik di sekolah maupun rumah. ’’Ibu yang kasih tahu, saya sakit talasemia,’’ katanya.

Kayla mengatakan sama sekali tidak minder dengan teman-teman di sekolah. Sebab, dia merasa memiliki teman yang bernasib sama. Bahkan, ketika transfusi darah, dia tidak merasa takut dan sakit. Dia justru menganggap hal itu hanya bermain dan berkumpul dengan teman-teman baru. ’’Di sana banyak teman,’’ tambahnya.

“BU, nanti kalau sudah besar saya penginjadi dokter,’’ ungkap Kayla In’ami Nashiro kepada ibunya, Wahyu Asih Setyowati. Kalimat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News