Ke Darul Uloom Zakariyya, Pesantren Multibangsa di Johannesburg
Sekamar Punya Enam Kamar Mandi dan Enam Tempat Wudu
Selasa, 15 Juni 2010 – 08:02 WIB
Abdurrahim melanjutkan, dari Afsel, terdapat sekitar 200 orang kulit hitam yang tinggal di pondok tersebut. "Kebanyakan mereka adalah mualaf," ujarnya.
Untuk bahasa sehari-hari di lingkungan pondok, digunakan tiga bahasa. "Untuk bahasa pergaulan antarsantri, digunakan bahasa Inggis. Saat mengaji menggunakan bahasa Arab dan Urdu," kata Abdurrahim.
Mengapa menggunakan bahasa Urdu? "Sama seperti pondok-pondok di Jawa. Saat mengaji kitab, selain bahasa Arab, bahasa Jawa kan juga digunakan. Bahasa Jawa itu kalau di sini adalah bahasa Urdu," lanjut pria yang pernah setahun mondok di Magelang, Jawa Tengah, tersebut.
Untuk materi yang diajarkan, Ponpes Darul Uloom punya kurikulum sendiri. "Selain dasar-dasar ilmu agama mulai ilmu fikih, hadis, tajwid, bahasa Arab, serta nahwu sorof, diajarkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler," lanjutnya.
Di Afrika Selatan terdapat sebuah pondok pesantren multibangsa yang cukup besar. Santrinya sekitar 700 orang dari 54 negara. Termasuk dari Indonesia.
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala