Ke Desa Entikong, Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Penuh
Lidah Ingin Minyak Goreng Lokal, tapi Hanya Lihat di TV
Minggu, 21 Juni 2009 – 06:33 WIB
Menurut Camat Entikong Ignatius Irianto, aktivitas warga perbatasan melintas ke Tebedu dan wilayah-wilayah Malaysia lain memunculkan problem tersendiri. Tak sedikit warga yang merasa lebih nyaman dengan negeri jiran itu. Dia mengakui bahwa ada ratusan warga Entikong yang dalam dua dekade terakhir hijrah menjadi warga negara Malaysia. Itu semua karena minimnya infrastruktur dan keterbelakangan ekonomi di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. ''Semua akibat faktor ekonomi,'' keluh Irianto.
Kebanyakan WNI yang berpindah menjadi warga negara Malaysia berasal dari Suruh Tembawang, salah satu desa di wiayah Entikong. Suruh Tembawang adalah desa yang sangat terpencil di perbatasan RI-Malaysia. Desa itu berjarak sekitar 64 kilometer dari Entikong, ibu kota kecamatan.
Irianto juga mengkhawatirkan nasib pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas di perbatasan. Karena sulitnya akses, tak jarang mereka hidup serbasusah. Untuk mengambil gaji bulanan saja, mereka harus mengeluarkan dana sedikitnya Rp 1 juta untuk menyewa perahu motor.
Jika ingin lebih mudah, mereka harus menyeberangi sungai ke wilayah Malaysia dan berjalan melintasi hutan sehari penuh untuk bisa masuk kembali ke wilayah Indonesia via Tebedu-Entikong ''Apa yang terjadi jika ada di antara mereka bergaji kurang dari Rp 1 juta? Anda coba bantu saya menjawab,'' katanya.
Hidup di daerah perbatasan sering lebih susah. Misalnya, warga yang tinggal di Desa Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, yang berbatasan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408