Ke Desa Entikong, Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Penuh

Lidah Ingin Minyak Goreng Lokal, tapi Hanya Lihat di TV

Ke Desa Entikong, Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Penuh
Ke Desa Entikong, Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Penuh

Menurut Camat Entikong Ignatius Irianto, aktivitas warga perbatasan melintas ke Tebe­du dan wilayah-wilayah Malaysia lain me­munculkan problem tersendiri. Tak sedikit warga yang merasa lebih nyaman dengan ne­­geri jiran itu. Dia mengakui bahwa ada ra­tusan warga Entikong yang dalam dua de­kade terakhir hijrah menjadi warga negara Malaysia. Itu semua karena minimnya infrastruktur dan keterbelakangan ekonomi di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. ''Semua akibat faktor ekonomi,'' keluh Irianto.

Kebanyakan WNI yang berpindah menjadi warga negara Malaysia berasal dari Suruh Tembawang, salah satu desa di wiayah Entikong. Suruh Tembawang adalah desa yang sangat terpencil di perbatasan RI-Malaysia. Desa itu berjarak sekitar 64 kilometer dari Entikong, ibu kota kecamatan.

Irianto juga mengkhawatirkan nasib pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas di perbatasan. Karena sulitnya akses, tak jarang mereka hidup serbasusah. Untuk mengambil gaji bulanan saja, mereka harus mengeluarkan dana sedikitnya Rp 1 juta untuk me­nyewa perahu motor.

Jika ingin lebih mudah, mereka harus me­nyeberangi sungai ke wilayah Malaysia dan berjalan melintasi hutan sehari penuh untuk bisa masuk kembali ke wilayah Indonesia via Tebedu-Entikong ''Apa yang terjadi jika ada di antara mereka bergaji kurang dari Rp 1 juta? Anda coba bantu saya menjawab,'' katanya.

Hidup di daerah perbatasan sering lebih susah. Misalnya, warga yang tinggal di Desa Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, yang berbatasan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News