Ke Malaysia, Naik Sepeda Lipat Nonton MotoGP di Sirkuit Sepang
Lumayan, Dapat Tanda Tangan Rossi di Atas Helm
Rabu, 24 Oktober 2012 – 00:04 WIB
Hujan-hujan, saya tetap keliling malam itu. Sambil terus melaju penuh kehati-hatian karena trotoar licin. Bersepeda petang sampai malam itu adalah "pemanasan". Sabtunya (20/10), baru yang "beneran". Menuju Sepang.
Pukul 09.00 setelah sarapan, sepeda kembali saya turunkan. Pagi itu, saya mengayuh menuju stasiun monorel terdekat (di Bukit Bintang). Cukup tujuh menit, sampai ke stasiun. Sepeda saya lipat, lalu antre tiket.
Untuk menuju KL Sentral, stasiun utama, dikenai tiket seharga RM 1,2 atau setara Rp 3.200-an. Tak enaknya, ternyata kereta akan melaju dari rel di seberang. Jadi, saya harus menjinjing lipatan besi berkadar 12,5 kg itu menaiki tangga di atas rel. Di dalam kereta, sepeda saya sandarkan di pinggir pintu. Hanya 15 menit, sampai tujuan.
Saat itu, bangunan KL Sentral sedang bersolek. Penumpang harus menuruni eskalator, lalu berjalan menyeberang menuju bangunan terpisah. Kembali sepeda saya naiki di antara pejalan kaki. Di depan pintu masuk, sepeda kembali saya lipat dan saya tenteng menuju lantai 2 pakai eskalator.
Sudah tak terhitung banyaknya nonton Formula 1 dan MotoGP di Sepang, kontributor Jawa Pos DEWO PRATOMO punya cara baru supaya tidak bosan: Naik sepeda
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408