Ke Mongolia setelah 20 Tahun Revitalisasi Sosok Genghis Khan
Bikin Patung Raksasa hingga Ubah Nama Bandara dan Hotel
Sabtu, 19 Februari 2011 – 09:19 WIB

Wartawan Jawa Pos Priyo Handoko saat mengunjungi komplek patung Chinggis Khan di Tsonjin Boldog, Ulanbator, Mongolia, akhir Januari lalu.
Kompleks patung Chinggis Khan atau Genghis Khan telah menjadi salah satu ikon Mongolia. Monumen tersebut masih fresh karena baru selesai dibangun dan diresmikan pada 26 September 2008. "Bagi kami, Genghis Khan adalah bapak Mongolia (founding father, Red)," ungkap Otgonjargal yang menyambut ramah wartawan Jawa Pos saat berkunjung akhir Januari lalu itu.
Menurut dia, Genghis Khan bukan sekadar sosok yang berhasil membangun kekaisaran terbesar dalam sejarah umat manusia. Tapi, dia juga seorang tokoh yang telah memberikan teladan bagi era toleransi beragama, perdagangan bebas berskala global, serta interaksi ilmu-budaya antar berbagai peradaban besar dunia. "Kami jauh lebih bangga dengan kesuksesan itu dibanding soal luasnya wilayah yang berhasil ditaklukkan," kata perempuan 24 tahun yang masih single itu.
Khan lahir pada 1162 di tengah suku Khiyad Borjigon dengan nama Temuujin. Dia mendeklarasikan diri sebagai Genghis Khan pada 1189. Hanya dalam 15 tahun Khan berhasil menyatukan seluruh suku dan klan di Mongolia. Pada 1206, Khan memproklamasikan kekaisaran Mongolia.
Agenda invasi ke luar wilayah Mongolia dimulai pada 1219. Dalam prosesnya, pergerakan tentara Mongolia juga sempat sampai ke tanah Jawa. Tapi, ambisi Khan yang setelah meninggal pada 1227 dilanjutkan cucunya, Kublai Khan, itu berhasil dipatahkan penguasa Majapahit, Raden Wijaya. Uni Soviet (kini Rusia, Red) yang menyokong perjuangan Mongolia untuk merdeka dari Tiongkok pada 1921 sempat menenggelamkan sosok Khan. Pemerintahan komunis Mongolia yang sangat dipengaruhi Uni Soviet melarang penggunaan nama Genghis Khan, baik untuk gedung, ruas jalan, atau sekadar tampilan di prangko.
Sejak 1990, Mongolia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Uni Soviet. Sosok Genghis Khan yang puluhan tahun ditekan rezim komunis itu kini bangkit
BERITA TERKAIT
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif