Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (2)

Buka Warung di Malaysia, Kulakan Barang di Indonesia

Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (2)
Penduduk berdarah Indonesia yang menempati Kampung Sungai Melayu Malaysia, terpaksa harus mengibarkan bendera Malaysia. Foto : Thomas Kukuh/Jawa Pos

Sedangkan kampung yang sebagian besar warganya asli Malaysia adalah Wallace Bay. "Perkampungan di sana lebih bagus. Sebab, rata-rata warganya bekerja di Tawau," ucapnya.

Lantaran menempati wilayah Malaysia, warga Indonesia yang tinggal di Kampung Sungai Melayu harus mengikuti aturan yang berlaku di negara itu. Misalnya, warga harus mengibarkan bendera Jalur Gemilang. Warga tidak boleh mengibarkan bendera Merah Putih. Bahkan, pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Malaysia, 31 Agustus, seluruh warga harus mendekor kampung dengan hiasan dan bendera Malaysia."

Tapi, untuk beraktivitas, warga Kampung Sungai Melayu bebas keluar masuk wilayah Indonesia-Malaysia. Hayati, misalnya. Untuk membeli keperluan warung, dia biasa berbelanja di Desa Sungai Nyamuk di wilayah Indonesia. Selain menyeberang antarwilayah, Hayati kulakan di Tawau. "Selama ini, tidak pernah bermasalah untuk keluar masuk Indonesia maupun Malaysia," tutur Hayati.

Sebenarnya, menurut Husman maupun Hayati, hati mereka tetap cinta kepada tanah air Indonesia. Tapi, karena faktor ketiadaan secara ekonomi, mereka terpaksa tinggal di tanah Malaysia, yang harga sewa seumur hidupnya sangat murah jika dibandingkan dengan lahan di Indonesia.  "Itu soal perut. Kami orang tak mampu," papar dia.

Batas wilayah Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur (Kaltim), ternyata hanya ditandai dengan patok-patok semen. Pulau kecil itu terbagi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News