Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (2)

Buka Warung di Malaysia, Kulakan Barang di Indonesia

Ke Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia-Malaysia (2)
Penduduk berdarah Indonesia yang menempati Kampung Sungai Melayu Malaysia, terpaksa harus mengibarkan bendera Malaysia. Foto : Thomas Kukuh/Jawa Pos
Nah, saat hubungan Indonesia dengan Malaysia kembali memanas belakangan ini, sebagian warga Kampung Sungai Melayu khawatir. Mereka menyatakan bingung akan pergi ke mana jika terjadi perang di antara dua negara itu, apakah memilih Indonesia atau Malaysia. "Dalam hati, kami sebenarnya masih orang Indonesia. Tapi, kami harus mengisi perut di sini (Malaysia, Red)," ucap Husman.

Mulai lunturnya nasionalisme pada sebagian warga Indonesia yang tinggal di Malaysia itu sangat disayangkan oleh tokoh masyarakat Pulau Sebatik H Herman Baco. Menurut dia, hal semacam itu tidak perlu terjadi jika pemerintah Indonesia benar-benar memperhatikan kondisi di wilayah perbatasan.

"Pemerintah harus lebih memperhatikan wilayah-wilayah perbatasan bila tidak ingin kehilangan warga maupun wilayah," tutur pengusaha tersebut.

Herman menyadari kondisi itu sehingga terus berupaya mengantisipasi lunturnya nasionalisme warga Sebatik dengan mengembangkan ekonomi Desa Sungai Nyamuk. Dia memiliki sebuah supermarket dan 57 ruko yang disewakan dengan biaya murah bagi warga Sebatik. Dia juga mempekerjakan sekitar 70 mantan TKI untuk mengelola 500 hektare kebun kelapa sawitnya. "Keyakinan saya, ekonomi yang baik di sini bisa mencegah warga yang ingin menyeberang ke negara tetangga," ucapnya.

Batas wilayah Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur (Kaltim), ternyata hanya ditandai dengan patok-patok semen. Pulau kecil itu terbagi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News